Sebelum melakukan interograsi, kedua penyidik itu sudah mengantongi informasi bahwa Jeffry sangat dekat dengan neneknya karena sejak ia kecil, neneknya yang sudah merawat dan membesarkannya. Selain itu, neneknya juga ialah orang yang taat beribadat dan patuh menjalankan ajaran agama.
Makanya, dalam obrolan bersama Jeffry, kedua penyidik itu menyinggung soal ajaran agama. Mereka membangun kesamaan dengan Jeffry lewat obrolan seputar agama. Jeffry yang awalnya terus menyangkal perbuatannya akhirnya mengaku juga karena pembicaraan itu mungkin saja mengingatkannya pada neneknya.
Aspek lain yang juga patut dipertimbangkan ialah aktivitas pengalihan. Aktivitas pengalihan ialah semua gerakan tubuh yang dilakukan agar pikiran kita merasa nyaman.
Misalnya saja begini. Sebut saja kita seorang yang penakut. Suatu pagi, kita dipanggil menghadap bos, yang memang punya sifat pemarah. Apalagi, kita sudah tahu alasan kita dipanggil, yaitu bahwa kita telah salah bikin laporan keuangan.
Bisa jadi, kita tambah takut, gemetar, dan kaget sewaktu nama kita disebut. Dalam kondisi demikian, beranikah kita menatap mata bos tersebut? Jelas tidak! Sebab, umumnya orang yang bersalah sering memalingkan tatapan mata ke bawah. Hal itu membuat kita merasa nyaman, alih-alih menantang mata bos yang tertuju kepada kita.
Sebaliknya, andaikan kita menjumpai lawan jenis yang berparas rupawan, sewaktu kita mengobrol satu meja dengannya, apakah kita merasa nyaman memandangnya berlama-lama? Tentu saja! Hal itu tentu bisa dimaklumi.
Seperti kata Anthony Robbins, satu sifat dasar manusia ialah "mencari nikmat, menghindari sengsara." Makanya, kita akan melakukan apapun agar memperoleh perasaan nyaman, termasuk melakukan gerakan-gerakan tertentu.
Gerakan itulah yang banyak dijabarkan oleh James Borg. James menyebut sejumlah aktivitas di mata, wajah, mulut, hidung, tangan, tungkai, hingga vokal.
Pada akhirnya, kedua aspek itulah yang bisa menjadi "barometer" dalam menentukan suatu kebohongan. Dengan memahami, menguasai, dan menerapkan aspek tersebut, setidaknya, kita mencium gelagat kebohongan yang dilakukan seseorang.
Namun, secermat-cermatnya kita membaca kebohongan seseorang, kita masih tetap saja sulit menguak emosi terdalam dari diri orang tersebut. Seperti kata-kata Harper Lee dalam novel To Kill A Mockingbird,Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!