Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Apa "Barometer" dalam Mendeteksi Kebohongan?

18 Januari 2018   11:36 Diperbarui: 18 Januari 2018   15:12 1499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara itu, James Borg ialah seorang pakar persuasi yang telah melayani sejumlah klien dari penjuru dunia. Bahasannya lebih banyak "dibumbui" oleh teori psikologi termuktahir, yang "dikemas" dengan bahasa yang renyah, humoris, dan ringan.

Meskipun punya style bertutur yang berbeda, intisari bahasan tentang kebohongan yang diuraikan keduanya ternyata sama. Keduanya menyebut bahwa untuk mendeteksi kebohongan, kita wajib memahami dua konsep, yaitu perilaku dasar dan aktivitas pengalihan. Hanya sesederhana itu.

Namun, marilah kita "mengintip" sedikit konsep tersebut. Kita mulai dari perilaku dasar. Perilaku dasar adalah kebiasaan kita dalam bertindak secara normal. Perilaku itu bisa muncul manakala pikiran kita sedang tenang, bebas dari emosi. Makanya, untuk mengetahui perilaku dasar seseorang, kita cukup mengamati gerak-geriknya sehari-hari.

Pengetahuan tentang perilaku dasar orang tersebut menjadi penting manakala kita ingin mengetahui isi hatinya. Sebab, isi hati seseorang ternyata berdampak pada tingkah laku yang diperlihatkannya.

Pernah lihat seorang teman yang berubah menjadi "salah tingkah" di dekat lawan jenis, padahal sehari-harinya ia bersikap kalem dan tenang? Dari situ sebetulnya kita sudah bisa menebak bahwa ia sebetulnya orang yang pemalu terutama sewaktu berada di dekat lawan jenis. Lewat perubahan perilaku itulah, kita bisa membaca isi hatinya.

Namun demikian, pengamatan demikian butuh waktu yang lama, bisa berhari-hari, berminggu-minggu, atau bahkan berbulan-bulan agar penilaian yang dilakukan tepat dan akurat. Makanya, untuk sejumlah kasus, seperti tindak kriminal, hal tersebut tidak bisa dilakukan sebab pengadilan harus segera dilakukan.

Oleh sebab itu, penyidik yang menangani suatu kasus kejahatan umumnya "dibekali" trik khusus untuk mengungkap pikiran dan perasaan tersangka suatu kejahatan dalam waktu yang relatif singkat. Janine Driver menyebut satu trik, yaitu membangun kenyamanan mitrabicara.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Memang tidak semua penyidik punya keterampilan antarpersonal yang baik sehingga bisa menjalin keakraban dengan orang asing dalam waktu cepat. Namun, penyidik bisa membangun kenyamanan terhadap mitra biacaranya dengan mencari kesamaan.

Bukankah kita akan langsung merasa "klop" berkomunikasi dengan orang yang punya kesamaan dengan kita? Hal itulah yang dilakukan dua penyidik yang sukses membuat Jeffrey Dahmer, seorang buruh pabrik cokelat berusia 32 tahun, untuk mengakui kejahatannya.

Sebagaimana diceritakan Janine Driver dalam bukunya, Jeffrey dituduh telah melakukan pembunuhan berantai terhadap puluhan wanita. Tak hanya dihabisi nyawanya, tubuh wanita itu juga dimutilasi.

Dua penyidik kemudian "diutus" menginterogasinya. Interograsi itu berlangsung berjam-jam. Hasilnya? Jeffry mengakui semua kejahatannya! Lantas, bagaimana cara kedua penyidik tersebut "memaksa" Jeffry menceritakan perbuatannya? Agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun