Faktor kedua ialah bahwa masyarakat indonesia akan menikmati bonus demografi yang berlangsung dari tahun 2020 sampai 2030. Bonus demografi adalah sebuah situasi yang mana jumlah anak muda lebih banyak daripada orang tua. Makanya, selama periode bonus demografi, akan ada banyak anak muda yang mendominasi masyarakat. Para pemuda tersebut umumnya tergolong sebagai Generasi Milenials dan Generasi Z. Oleh sebab itu, kids zaman now akan "berkuasa" selama periode bonus demografi. Hahahahahahahahahahaha.
Oleh karena itu, kaum muda tentunya perlu mengasah kreativitas agar mampu bertahan dan bersaing dalam percaturan ekonomi digital. Namun, bagaimana cara kita mengasah kreativitas yang dimiliki?
Bagaimana Cara Menjadi "Creative People"?
Saya mengakui sendiri bahwa kreativitas menjadi satu "modal" saya saat bekerja di perusahaan startup. Sebab, budaya kerja di kantor saya terasa sangat "dinamis". Makanya, sewaktu sibuk menyelesaikan suatu tugas, kita harus bersiap-siap disela oleh tugas lain yang lebih penting. Stres? Tentu saja. Sebab, hal itu membikin tugas bertumpuk-tumbuk. Apalagi, sistem deadline terus "membayangi" karyawan manakala kami akan merilis produk yang baru.
Makanya, di situlah kreativitas seseorang "memainkan" perannya. Tanpa kreativitas yang tajam, jangan harap kita bisa menciptakan lebih banyak konten yang unik. Oleh sebab itu, jauh sebelum bekerja di kantor tersebut, saya sudah "menempa" kreativitas saya di "Kawah Candradimuka". Hahahahahahahahahahahahaha.
Sejak dulu, saya selalu tertarik terhadap topik kreativitas. Makanya, saya senang membaca buku yang "membedah" kreativitas dari penulis kondang seperti Tony Buzan dan Micheal Michalko. Lewat buku-buku itulah, saya mengetahui bahwa kreativitas ternyata bisa dilatih dan dikembangkan dengan sejumlah cara.
Satu cara untuk "mendongkak" kreativitas adalah dengan membuat catatan di buku harian. Hampir semua seniman, pebisnis, dan pemimpin yang kreatif mempunyai buku catatan. Sebut saja Richard Branson, pendiri Virgin Airway, yang sering bepergian membawa buku catatan harian. Di situlah Branson terbiasa menuliskan inspirasi manakala menjumpai ide unik untuk mengembangkan bisnisnya. Berkat tindakan sederhana itu, maskapai yang dikelolanya mampu berkembang dengan pesat.
Kemudian, almarhum Sam Walton, pendiri Wal-Mart, juga sering menggunakan buku catatan untuk mendokumentasikan ide-ide kecil yang terlintas di kepalanya. Biarpun tidak semua ide-ide itu terealisasi, beberapa ide tersebut telah berdampak pada pertumbuhkan bisnis Wal-Mart.
Makanya, saya pun terbiasa membawa buku catatan ke mana-mana. Selain mengikuti "jejak" orang-orang hebat tersebut, buku catatan harian memudahkan saya mengatur pekerjaan. Lewat buku itu, saya bisa memetakan dan mengurutkan pekerjaan di kantor. Hasilnya? Semua tugas yang mesti dirampungkan bisa terorganisasikan dengan baik tanpa terlewat.
Kayu Putih Aroma Mampu "Menstimulus" Kreativitas?