Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

"Kupu-kupu Malam" di Kereta

26 Oktober 2017   13:35 Diperbarui: 26 Oktober 2017   14:41 8827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku berusaha mengabaikan semua perasaan itu, dan berusaha terus memikirkan hal-hal yang baik saja tentangnya.

Kereta yang kutunggu lebih dari setengah jam lebih akhirnya muncul juga. Suasana gerbong cukup lengang. Tersisa sejumlah kursi kosong. Aku memutuskan duduk di pojok agar bisa menyandarkan kepala.

Aku berniat melepas semua penat dan meredakan sakitku dengan beristirahat. Namun, aku merasa sulit tidur. Pasalnya, aku merasa sedang diawasi. Betul saja. Sewaktu melirik sekeliling, aku melihat gadis itu duduk di tempat duduk seberang.

Anehnya, kini, dia mulai mengamatiku. Matanya terus tertuju kepadaku. Aku berusaha keras mengabaikannya dengan memalingkan wajah ke jendela, menyaksikan pemandangan yang bergerak di jendela.

Biarpun semua tampak gelap, setidaknya aku bisa menghindari tatapannya. Sayangnya, kereta kemudian tertahan, dan aku menghadapi situasi yang "kritis". Pasalnya, sewaktu aku melirik gadis itu lagi, aku melihat air mata menitik di pipinya. "Hei, mengapa dia menangis?"

Sambil terus memandangku, air matanya pelan-pelan menyusuri pipinya yang putih. Seperti sudah kukatakan sebelumnya, penumpang kereta itu egois. Mereka tampak cuek terhadap gadis itu biapun gadis itu terus saja meneteskan airmatanya.

Pada saat itulah, pandanganku teralihkan oleh kupu-kupu yang lewat. Ternyata itu adalah kupu-kupu yang pernah kulihat di stasiun sebelumnya. Apakah kupu-kupu itu ikut terbawa masuk tadi? Entahlah.

Namun, lamunanku buyar karena kereta telah bergerak kembali. Tanpa kusadari, gadis itu telah lenyap. Pun kupu-kupu yang kuperhatikan tadi.

Apakah dia sudah pindah ke gerbong lain? Bisa saja. Setidaknya, setelah kejadian aneh itu, aku merasa lebih lega, hingga bisa tertidur sejenak.

Kereta merapat ke stasiun tujuan. Aku terjaga, mengambil tas yang kuletakan di atas tempat duduk, dan langsung melangkah keluar.

Namun, saat aku menjejakkan kaki, petugas stasiun tiba-tiba saja meniup peluit. Suara peluitnya melengking membelah kesunyian malam. Suara itu kemudian tertimpa suara klakson kereta yang kemudian melanjutkan perjalanan kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun