Semua itu tentunya bergantung pada tingkat kedetailan suatu karya. Semakin detail suatu karya, biasanya semakin lama waktu pengerjaannya. Jadi, jalani saja semua prosesnya dengan santai dan gembira. Percayalah hasilnya pun akan bikin puas.
Namun, bagaimana dengan bakat? Jika disodori pertanyaan demikian, saya teringat pada kunjungan saya ke pabrik Faber-Castell di Cibitung pada tanggal 11 Juli lalu. Kunjungan itu tak hanya menyegarkan ingatan saya soal aktivitas menggambar, tetapi juga menggaungkan slogan "art for all" (art4all).
Dari situ sebetulnya kita akan mendapat segudang manfaat. Misalnya saja saat menggambar suatu objek, kita akan menemukan kegembiraan dan meningkatkan kemampuan memori. Makanya, jangan heran kalau sewaktu mengunjungi sebuah paud atau tk, kita akan melihat keceriaan dalam diri anak-anak dalam menggoreskan pensil di kertas atau mewarnai suatu gambar.
Rasanya bebas saja, seolah tanpa beban. Mereka justru melakukannya dengan happy lantaran tak memikirkan soal bakat. Makanya, saya sependapat dengan Piccaso yang menyebut bahwa setiap anak adalah seorang seniman.
Namun, masalahnya, bagaimana kita tetap mempertahankan "jiwa seni" itu setelah kita dewasa? Semua itu menjadi persoalan tersendiri lantaran umumnya begitu seseorang menyelesaikan pendidikan di bangku sekolah, kegiatan berkesenian seolah dilupakan.
Hanya sedikit yang masih menjalankannya setelah lulus sekolah. Hal itu bisa jadi disebabkan oleh orientasi pelajaran kesenian di sekolah. Sebagaimana diketahui, pelajaran itu lebih difokuskan pada aspek nilainya, bukan kesenangannya. Makanya, anak-anak yang mendapat nilai jelek pada mata pelajaran kesenian menjadi putus asa dan merasa tak berbakat.
Jadi, daripada pusing memikirkan apakah kita berbakat atau tidak, lebih baik jalani saja. Lakukan dengan penuh kegembiraan, dan kemudian kita akan merasa lebih percaya diri untuk berkarya.
Hal itulah yang "meneguhkan" keyakinan saya dalam membikin sketsa. Makanya, sewaktu menetapkan sebuah objek yang akan dilukis, biasanya saya langsung take action.
Seperti membangun sebuah gedung, awalnya kita perlu membuat garis konstruksi pada gambar. Garis itu bertujuan memberi bentuk awalnya. Makanya, agar lebih mudah, saya menggunakan pensil. Jadi, kalau salah gores, saya bisa menghapusnya dan membikin garis yang baru.