Barangkali itulah yang menyebabkan awal terciptanya "lubang" di hatiku, dan sebagai orangtua, aku tentu tak ingin menciptakan "lubang" yang sama di hati anakku.
Biarlah ia hidup dengan baik dan gembira.
Namun, Keiko, ada waktunya kita harus jujur pada diri sendiri dan orang lain. Pada akhirnya aku pun memutuskan memberi tahu istri dan anakku tentangmu.
Tak enak rasanya berlama-lama memendam sebuah rahasia. Ada saja perasaan was-was yang menghantuiku sepanjang siang sepanjang malam.
Makanya, pada suatu malam, aku memperkenalkanmu dengan istri dan anakku secara langsung.
Hasilnya? Makan malam pada saat itu berubah menjadi "angin topan" yang memorak-porandakan semua kekhusyukan.
Kedua alis matanya bertemu dan sorot matanya menghujam tajam kepadaku, seperti pedang yang menembus dada Goblin.
"Kalau kau masih membawanya, lebih baik kau pergi dari rumah ini!"
Ia berteriak dengan lantang, buru-buru bangkit dari tempat duduknya, dan pergi membanting pintu.
Keras.