Sentuhan cintamu menyelimutiku, seperti rambat anggur di tebing sedih.
Aku telah melupakan cintamu, tetapi seakan-akan selalu melihat sekilas bayangmu di setiap jendela.
Karenamu, wewangian memabukkan musim panas menyakitiku; karenamu, aku kembali mencari tanda yang mempercetat hasrat: bintang yang jatuh, benda yang runtuh.
Walaupun judulnya Cinta, isinya justru menunjukkan perasaan sakit hati. Perasaan itu tampak jelas pada larik: “Seperti sekuntum bunga pada wewangiannya, aku terikat kenangan samar tentangmu. Aku hidup dengan luka amat pedih; andai kau sentuh aku, kau membuat kerusakan tak tersembuhkan”.
Sebaliknya, kontradiksi yang lain juga tampak pada puisi Aku Tak Mencintaimu berikut ini.
Aku Tak Mencintaimu…
Aku tak mencintaimu sebagai mawar terindah, atau batu topaz, atau panah anyelir meluncurkan api.
Aku mencintaimu laksana benda gelap asing dicintai, rahasia, antara bayangan dan jiwa.
Aku mencintaimu sebagai tumbuhan tanpa bunga.
Namun tetap mengandung serbuk bunga tersembunyi;
Berkat cintamu adalah wangi khas asing, muncul dari bumi, bersemayam dalam tubuhku.