Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Baper Ditolak Teman

21 Juli 2016   08:05 Diperbarui: 21 Juli 2016   09:50 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelompok tersebut terbentuk secara alamiah. Kelompok itu seolah mempunyai daya magnet untuk menarik orang-orang yang mempunyai karakteristik yang mirip.

www.clipartbest.com
www.clipartbest.com
Hal yang sama pun berlaku pada kelompok-kelompok di kelas. Kelompok tersebut biasanya berbentuk geng-gengan, yang mempunyai anggota yang solid. Oleh sebab itu, pada saat ada tugas kelompok, siswa lain yang ingin masuk kelompok tersebut sulit beradaptasi. Itulah yang umumnya memunculkan konflik dalam kelompok.

Untuk mengatasi konflik tersebut, kita tentunya perlu melakukan pembauran kelompok. Kita membentuk kelompok secara acak, dan hal itu sudah sering saya lakukan sewaktu mengajar di kelas.

Awalnya interaksi antarsiswa berjalan dengan lambat. Namun, pada beberapa kelompok, interaksi tersebut mulai meningkat seiring proses pembauran di kelas.

Pengajaran Empati

Supaya pembauran tersebut berhasil, guru perlu mengajarkan keterampilan berempati. Empati adalah kemampuan seseorang dalam melihat segala sesuatu dari sudut pandang orang lain. Dengan berempati, kita dapat memahami perasaan orang lain, sehingga hal itu akan memunculkan sikap tenggang rasa.

Langkah pertama untuk memunculkan perasaan empati adalah kesadaran diri. Dalam buku Kecerdasan Emosional, Daniel Goleman menyebut kesadaran diri pada urutan pertama. Hal itu berarti bahwa kesadaran diri adalah pintu utama yang membuka kecakapan emosi lainnya, seperti tanggung jawab dan penyelesaian konflik secara bijaksana.

Seseorang yang mempunyai kesadaran diri mampu memonitor perasaannya dari waktu ke waktu. Ia memiliki kepekaan yang tinggi terhadap suasana hatinya. Saat merasa jengkel, ia mengetahui bahwa kejengkelan muncul dalam batinnya.

Namun, ia tidak larut dalam perasaan jengkel tersebut lantaran ia mampu melepas perasaan negatif itu dengan tepat. Ia dapat mengekspresikan perasaan tersebut tanpa menyakiti dirinya sendiri dan orang lain. Hal itu berlaku pula untuk perasaan-perasaan lainnya, seperti sedih dan stres, yang sering dialami anak di sekolah.


Ada banyak cara untuk menumbuhkan kesadaran diri dalam batin. Salah satu yang biasa saya gunakan adalah Respon Relaksasi. Respon Relaksasi adalah sebuah teknik yang diperkenalkan oleh Herbert Benson, seorang dokter yang berasal dari Harvard University. Respon Relaksasi sebetulnya teknik yang menggabungkan sugesti dan pernapasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun