Perhatikanlah tayangan video berikut ini.
Tayangan video tersebut memperlihatkan sebuah tes, yang mengukur tingkat kelekatan seorang anak. Pada video tersebut terlihat seorang ibu datang bersama anaknya ke sebuah tempat bermain anak. Selagi si anak sibuk mengamati lingkungan sekitarnya, ibu tersebut pergi ke suatu tempat. Tidak lama kemudian, ibu tersebut datang membawa sebuah boneka di pelukannya.
Dengan sengaja ibu tersebut memeluk dan membelai boneka tersebut di depan anaknya. Sewaktu melihat perbuatan tersebut, si anak, yang masih balita, menunjukkan ekspresi tidak senang. Timbul perasaan cemburu dalam dirinya ketika ia melihat ibunya memeluk boneka. Akibatnya anak tersebut kemudian marah dan menangis supaya ibunya memerhatikannya.
Kelekatan Emosional
Perilaku tersebut menunjukkan adanya kelekatan yang kuat dalam diri seorang anak terhadap ibunya. Kelekatan tersebut awalnya muncul dari sentuhan dan pelukan antara anak dan orangtuanya. Kelekatan tersebut kemudian menciptakan ikatan emosional yang kuat dalam diri anak terhadap orangtuanya.
Dalam buku Psikologi edisi 9, Carole Wade dan Carol Tavris menjelaskan bahwa kelekatan tersebut adalah sesuatu yang wajar. Seorang anak membutuhkan rasa aman dari orangtuanya. Namun demikian, kelekatan tersebut bisa menjadi sebuah persoalan kalau terus berlanjut sampai anak tumbuh besar, terutama sewaktu anak harus bersekolah pada usia 5-7 tahun.
Sebagai contoh, anak yang mempunyai kelekatan yang sangat kuat bisa merengek minta pulang pada hari pertama sekolah. Anak tersebut bisa menangis, memperlihatkan rasa frustrasi, atau menunjukkan kejengkelan kepada orangtuanya.
Walaupun orangtuanya duduk menungguinya selama ia belajar di kelas, perasaan cemas dan takut mungkin saja muncul dalam dirinya. Alih-alih terlibat aktif selama belajar, ia mungkin saja malah memikirkan hal lain sehingga fokusnya terganggu. Bisa saja, selagi guru menerangkan, ia sibuk melihat jendela, atau izin ke toilet terlalu sering, hanya untuk memastikan bahwa orangtuanya berada di dekatnya. Kalau terus demikian, pelajaran yang disampaikan tentu tidak diterima dengan baik. (Selengkapnya baca tulisan saya yang berjudul Fobia Sekolah)
Pendekatan Terhadap Anak
Kalau terjadi kasus seperti itu, sebagai orangtua, kita harus menggunakan pendekatan yang tepat. Dalam mendidik seorang anak terdapat dua pendekatan yang umumnya dilakukan oleh orangtua, yaitu pendekatan otoritas dan pendekatan persuasif.
Pendekatan otoritas adalah pendekatan yang penuh dengan ketegasan dan bersifat menekan. Sebagai contoh, orangtua yang terbiasa memakai pendekatan tersebut akan berkata kepada anaknya, ”Jangan bawel! Nanti mama hukum!” Anak biasanya akan menurut karena takut memikirkan konsekuensi yang akan diterimanya. Tidak jarang pula pendekatan tersebut disertai oleh kekerasan fisik, seperti pukulan atau tamparan.