Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sehari Blusukan Presiden Jokowi, Padangpanjang-Payakumbuh Terbuka

16 Mei 2017   22:03 Diperbarui: 16 Mei 2017   23:52 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Mak Itam' adalah sebutan populer untuk keretapi bagi masyarakat Sumatra Barat dulunya. Maklum, lokomotifnya serba hitam. Semuanya terbuat dari besi yang dihitamkan permanen, termasuk asap yang bersumber dari batubara dan menimbulkan uap sebagai kekuatan lajunya keretapi di atas relnya yang juga hitam kecoklatan.

Untuk Sumatra Barat, tampaknya Presiden Joko Widodo sudah berketetapan hati menghidupkan lagi 'Mak Itam' yang sudah lama mati. Bahkan direncanakan sampai ke Pekanbaru,Riau.

Program menghidupkan lagi 'Mak Itam' bagi Presiden Joko Widodo bukanlah problema sulit. Lintas Papua pun dibangun Presiden. Tidak terbayangkan sebelumnya, sejak dunia terkembang, tanah Papua yang subur dan kaya itu, baru sekarang dibuat jalan lintas yang membanggakan. Program yang sudah nyata itu jelas prestasi luar biasa bagi Presiden Joko Widodo.

Kini, di Sumatra Barat, Presiden Joko Widodo berkomitmen menghidupkan lagi 'Mak Itam'. Tahap awal , secepatnya diresmikan kereta bandara ke BIM. Mungkin bersamaan waktu peresmiannya dengan kereta bandara Soekarno- Hatta.

Perjalanan 'Mak Itam' di Sumatra Barat yang rutin terjadwal adalah Padang Pariaman pulang- pergi. Menyusul ke Kayutanam. Namun, dengungnya belum popuper. Meski perbaikan relnya sudah lama selesai, tapi rutinitas 'Mak Itam' menyusuri jalur Kayutanam ini entah apa pula kendalanya.

Khusus kereta api bandara, bisa saja penumpangnya meledak kalau rencana perjalanannya dimulai dari Telukbayur,menghubungkan pelabuhan laut dengan bandar udara. Sungguh prestasi membanggakan bagi Sumatra Barat.

Di saat Presiden fokus mensupport Trans Papua, mungkin ' Mak Itam' Sumbar terlupakan.

Semoga saja, Presiden kembali 'membuncah', membangunkan , dan fokus lagi dengan program 'Mak Itam' di Sumatra Barat. Sebab, kalau Presiden terlambat melaksanakan 'terapi'-nya, bisa saja jajaran yang dipercaya 'mangkrak' lagi.

Kalaulah Presiden fokus lagi pada masa depan 'Mak Itam' di Sumatra Barat, tentu semuanya lancar-lancar saja.

Bayangkan, jalur 'Mak Itam' antara Padangpanjang- Bukittinggi - Payakumbuh pulang/pergi sudah sangat lama tidur. Beragam bangunan tumbuh subur disewakan jajaran 'Mak Itam' di sepanjang rel tersebut. Banyak yang permanen, dan paling menonjol di Bukittinggi, Payakumbuh dan Padangpanjang.

Khusus di tiga kota tersebut, pertokoan permanen sudah banyak berdiri dengan anggun. Bahkan di Bukittinggi, penghuni tanah 'Mak Itam' itu sudah mengadu ke DPRD setempat. Mereka minta perlidungan tentang nasibnya yang tampaknya akan tergusur.

Sudah dipastikan memang banyak yang akan tergusur. Apa boleh buat, 'Mak Itam' punya Undang-undang. Siapa saja yang sengaja ataupun tidak menghalangi perjalanan keretapi, resikonya besar. Celaka, bisa saja mati, luka-luka, berat ataupun ringan.

Bagaimanapun juga, 'Mak Itam' berjalan di atas relnya. Memang benar, tidak satupun yang bisa membantahnya. Hanya saja, pengertian dari pemakai tanah 'Mak Itam' sangat diharapkan sekali. Pihak 'Mak Itam' punya bukti otentik kepemilikan seluruh tanahnya dipakai penyewanya.

Yang perlu dipikirkan cepat, mencari lokasi baru bagi penyewa. Tidak mungkin pihak 'Mak Itam' akan surut dan menghentikan tahapan pembukaan jalur keretapi Padangpanjang- Bukittinggi - Payakumbuh ini.

Supaya jalur 'Mak Itam' itu hidup seperti dulunya, persis di era zaman Belanda, ada baiknya diteruskan saja sampai ke Limbanang. Kalau ini terlaksana, jelas Presiden Joko Widodo akan dikenang sepanjang masa, seperti 'Daendels’ yang mampu menyelesaikan jalur keretapi antara Anyer-Panarukan dengan panjang sekitar 1.000 kilometer.

Kita, rakyat Sumatra Barat, memang sangat berharap Presiden Joko Widodo segera turun langsung ke Sumbar mensupport mulusnya pembukaan jalur 'Mak Itam' yang sudah sangat lama bungkamnya di kawasan utara, Padangpanjang - Payakumbuh ini.

Pak Presiden, pembukaan jalur 'Mak Itam' di kawasan utara Sumbar ini tidak sesulit membangun lintas Papua. Sehari saja Pak Presiden 'blusukan' di utara Sumbar ini, tentu Padangpanjang - Payakumbuh pasti bisa dimulai. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun