'Mak Itam' adalah sebutan populer untuk keretapi bagi masyarakat Sumatra Barat dulunya. Maklum, lokomotifnya serba hitam. Semuanya terbuat dari besi yang dihitamkan permanen, termasuk asap yang bersumber dari batubara dan menimbulkan uap sebagai kekuatan lajunya keretapi di atas relnya yang juga hitam kecoklatan.
Untuk Sumatra Barat, tampaknya Presiden Joko Widodo sudah berketetapan hati menghidupkan lagi 'Mak Itam' yang sudah lama mati. Bahkan direncanakan sampai ke Pekanbaru,Riau.
Program menghidupkan lagi 'Mak Itam' bagi Presiden Joko Widodo bukanlah problema sulit. Lintas Papua pun dibangun Presiden. Tidak terbayangkan sebelumnya, sejak dunia terkembang, tanah Papua yang subur dan kaya itu, baru sekarang dibuat jalan lintas yang membanggakan. Program yang sudah nyata itu jelas prestasi luar biasa bagi Presiden Joko Widodo.
Kini, di Sumatra Barat, Presiden Joko Widodo berkomitmen menghidupkan lagi 'Mak Itam'. Tahap awal , secepatnya diresmikan kereta bandara ke BIM. Mungkin bersamaan waktu peresmiannya dengan kereta bandara Soekarno- Hatta.
Perjalanan 'Mak Itam' di Sumatra Barat yang rutin terjadwal adalah Padang Pariaman pulang- pergi. Menyusul ke Kayutanam. Namun, dengungnya belum popuper. Meski perbaikan relnya sudah lama selesai, tapi rutinitas 'Mak Itam' menyusuri jalur Kayutanam ini entah apa pula kendalanya.
Khusus kereta api bandara, bisa saja penumpangnya meledak kalau rencana perjalanannya dimulai dari Telukbayur,menghubungkan pelabuhan laut dengan bandar udara. Sungguh prestasi membanggakan bagi Sumatra Barat.
Di saat Presiden fokus mensupport Trans Papua, mungkin ' Mak Itam' Sumbar terlupakan.
Semoga saja, Presiden kembali 'membuncah', membangunkan , dan fokus lagi dengan program 'Mak Itam' di Sumatra Barat. Sebab, kalau Presiden terlambat melaksanakan 'terapi'-nya, bisa saja jajaran yang dipercaya 'mangkrak' lagi.
Kalaulah Presiden fokus lagi pada masa depan 'Mak Itam' di Sumatra Barat, tentu semuanya lancar-lancar saja.
Bayangkan, jalur 'Mak Itam' antara Padangpanjang- Bukittinggi - Payakumbuh pulang/pergi sudah sangat lama tidur. Beragam bangunan tumbuh subur disewakan jajaran 'Mak Itam' di sepanjang rel tersebut. Banyak yang permanen, dan paling menonjol di Bukittinggi, Payakumbuh dan Padangpanjang.
Khusus di tiga kota tersebut, pertokoan permanen sudah banyak berdiri dengan anggun. Bahkan di Bukittinggi, penghuni tanah 'Mak Itam' itu sudah mengadu ke DPRD setempat. Mereka minta perlidungan tentang nasibnya yang tampaknya akan tergusur.