Di sudut lain kota, Pemilik toko mulai mempertimbangkan untuk menutup toko pakaiannya dan mencari pekerjaan lain. "Mungkin jadi kasir di minimarket," katanya kepada seorang teman. "Setidaknya saya tahu ada gaji tetap." Temannya tidak menjawab, karena dia juga sedang berpikir untuk menjual kiosnya dan pindah ke kota lain.
Namun, di tengah cerita ini, ada yang tetap bertahan. Penjual nasi goreng di pinggir jalan masih menggoreng dengan semangat yang sama. Seorang tukang becak tua masih menunggu penumpang dengan senyum di wajahnya. Seorang wanita tua masih menjajakan bunga di lampu merah, seperti yang sudah ia lakukan selama bertahun-tahun.
Mereka mungkin tidak peduli berapa persen pajak yang dikenakan pada barang yang mereka beli. Hidup mereka selalu tentang bertahan dari satu hari ke hari berikutnya. Bagi mereka, drama ini bukan sesuatu yang baru.
***
Ketika malam tiba, mal yang pernah menjadi pusat kehidupan kota terlihat seperti bangunan kosong. Lampu-lampu tetap menyala, tetapi toko-tokonya seperti berhibernasi. Orang-orang yang lewat berhenti sejenak, mungkin untuk mengenang masa-masa ketika tempat itu penuh dengan suara tawa dan suara musik.
Kenaikan PPN ini, pada akhirnya, bukan hanya tentang angka. Ini adalah cerita tentang bagaimana sebuah kebijakan, betapapun masuk akalnya, memiliki konsekuensi yang tidak terlihat. Tentang bagaimana keputusan-keputusan besar yang dibuat di ruang rapat memengaruhi kehidupan kecil yang jarang diperhatikan.
Ketika Januari 2025 tiba, dan tarif baru mulai berlaku, dunia tidak akan runtuh. Kehidupan akan terus berjalan, meskipun dengan langkah yang lebih berat. Dan di tengah semua itu, orang-orang akan menemukan cara untuk bertahan, seperti yang selalu mereka lakukan.
***
Drama ini, seperti semua drama lainnya, akan berakhir pada waktunya. Tapi bagi mereka yang berada di dalamnya, setiap babaknya terasa seperti ujian yang tak ada habisnya. Di tengah segala keheningan, mereka tetap bergerak. Karena pada akhirnya, hanya itulah satu-satunya pilihan yang mereka punya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H