Dalam dunia yang dipenuhi layar juga kamera, di mana setiap momen berharga direduksi menjadi potongan-potongan visual yang dapat dibagikan, selebrasi seperti ini menjadi lebih penting dari sekadar euforia sesaat.
Ini adalah bagian dari spektakel modern, di mana representasi visual sering kali lebih penting daripada kenyataan itu sendiri.
Guy Debord pernah menggambarkan 'masyarakat tontonan' sebagai dunia di mana hubungan sosial manusia dimediasi oleh gambar.
Selebrasi Marselino adalah manifestasi sempurna dari ide itu: momen itu bukan hanya miliknya, tetapi juga milik orang-orang yang menontonnya melalui layar.
Generasi Marselino, Generasi Z, adalah generasi yang lahir dan tumbuh besar dalam dunia ini.
Mereka sangat memahami pentingnya estetika visual, bagaimana citra diri dapat dikonstruksi dan dikomunikasikan melalui media sosial.
Selebrasi Marselino menjadi viral bukan hanya karena dia mencetak gol, tetapi karena caranya mencetak gol terhubung dengan cara generasinya memahami dunia---sebagai serangkaian momen yang bisa dibagikan, di-like, dan diingat melalui gambar.
Pose itu, lebih dari sekadar perayaan, ia adalah produk dari kesadaran media yang mendalam.
Namun, di balik kegemilangan spektakel ini, ada pertanyaan yang lebih dalam: apakah selebrasi seperti ini hanya tentang Marselino, atau apakah ini juga mencerminkan kita sebagai masyarakat?
Seberapa besar kita, sebagai penonton, turut terlibat dalam membentuk perilaku seperti ini?
Seberapa banyak kita, dengan ekspektasi akan konten yang "viral" dan "ikonik," turut menciptakan tekanan bagi para pemain muda untuk tampil bukan hanya sebagai atlet, tetapi juga sebagai selebritas?