Pada akhirnya, masalah parkir liar adalah cerminan dari narasi yang membingungkan. Pemerintah berbicara tentang masa depan hijau dengan kendaraan listrik, sementara di waktu yang sama mendorong masyarakat untuk terus membeli mobil.Â
Transportasi publik disebut-sebut sebagai solusi, tetapi pembangunannya tidak pernah cukup untuk menggantikan kendaraan pribadi. Di tengah semua ini, masyarakat berada di persimpangan, berusaha memenuhi kebutuhan transportasi mereka sambil menghadapi infrastruktur yang tidak memadai.
Parkir liar menjadi manifestasi dari kebingungan ini. Ia adalah simbol dari kota yang tidak memiliki arah yang jelas, di mana ruang publik diabaikan demi kepentingan pribadi.Â
Namun, di saat yang sama, ia juga mencerminkan keputusasaan masyarakat yang harus mencari solusi sendiri di tengah kebijakan yang saling bertentangan.
Parkir liar tidak akan hilang dengan mudah, karena ia bukan hanya tentang tempat mobil berhenti. Ia adalah refleksi dari bagaimana kota ini dikelola, bagaimana ruang diprioritaskan, dan bagaimana pemerintah serta masyarakat saling membentuk---dalam cara yang sering kali merugikan satu sama lain.Â
Sebelum narasi besar tentang kendaraan listrik dan transportasi publik benar-benar diwujudkan, parkir liar akan terus menjadi pengingat yang mencolok akan wajah kota yang terbelah antara janji dan realitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H