Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tan Malaka: Revolusioner yang Terlupakan dalam Lipatan Sejarah

10 November 2024   09:33 Diperbarui: 10 November 2024   11:38 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konseptor pertama Republik Indonesia adalah Tan, ini tertuang dalam salah satu opus magnum-nya, Naar de Republiek Indonesia via grid.id

"Tidak ada bangsa yang bisa mengendalikan pikiranku, sekalipun mereka mencoba mengusir ragaku."

Di atas secarik kertas yang mulai lapuk, kata-kata itu tertulis dengan tinta hitam, dan kini tersimpan di Arsip Nasional Amsterdam. Tanggal surat tersebut tertulis Maret 1930, sebuah saksi bisu dari seorang revolusioner Indonesia yang pernah mengguncang kekuasaan kolonial namun perlahan terlupakan oleh sejarah: Tan Malaka.

Di dalam ruangan berdebu di Arsip Nasional Belanda, ratusan dokumen kolonial menjadi jejak-jejak rekaman hidup seorang yang dianggap berbahaya oleh penguasa Hindia Belanda. Sebuah laporan rahasia dari pejabat kolonial tertanggal Januari 1925, menuliskan Tan Malaka sebagai sosok yang perlu diasingkan, "Tan Malaka adalah ancaman baru bagi ketertiban, orang seperti dia harus diasingkan jauh dari Nusantara." [Sumber: Arsip Kolonial Belanda No. KT-1925/013].

Tetapi siapa sebenarnya Tan Malaka? Mengapa gagasannya begitu menakutkan bagi pemerintah kolonial?

Sang Penggagas Republik

Jauh sebelum istilah "republik" akrab di telinga masyarakat Indonesia, Tan Malaka sudah memikirkan konsep ini dengan detail dan mendalam. Pada tahun 1925, ketika kemerdekaan masih tampak mustahil di bawah kekuasaan kolonial, ia menerbitkan sebuah buku berjudul Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia). Gagasan yang ia tulis dengan semangat penuh ini menggemakan harapan sekaligus tantangan bagi bangsanya yang tertindas.

"Revolusi adalah perubahan fundamental, bukan sekadar pergantian rezim," tulis Tan dalam sebuah catatan yang ditemukan di arsip Belanda pada Februari 1928. [Sumber: Arsip Nasional Belanda No. PM-1928/045].

Arif Zulkifli, seorang peneliti sejarah, menyebut Tan Malaka sebagai "bapak republik yang terlupakan." Sebuah gelar yang sarat ironi, mengingat dialah yang pertama kali mengemukakan ide tentang Indonesia merdeka dalam bentuk republik---gagasan yang kelak diperjuangkan dan akhirnya terwujud dua puluh tahun setelah ia menuliskannya.

Pelarian yang Tak Pernah Usai

Hidup Tan Malaka adalah rangkaian pelarian panjang. Dari Filipina hingga Tiongkok, dari Singapura ke Uni Soviet, ia terus bergerak, melangkah satu langkah lebih jauh dari agen kolonial yang memburunya. 

Namun di setiap tempat ia singgah, api revolusi yang dibawanya tetap menyala. Dalam sebuah surat rahasia yang disita oleh otoritas kolonial pada April 1927, Tan menulis dengan berani, "Jangan pernah takut untuk berpikir berbeda, sebab itulah satu-satunya jalan menuju kemerdekaan sejati." [Sumber: Arsip Kolonial No. SR-1927/078].

Dalam keterasingannya yang panjang, Tan Malaka tidak pernah berhenti berbicara tentang kebebasan dan persamaan. Melalui surat-suratnya, Tan Malaka berusaha menyalakan obor keberanian di hati generasi muda Indonesia.

Madilog: Manifesto Pemikiran Revolusioner

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun