Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

New World Pilihan

Era Pasca-Smartphone, Apa yang Kita Siapkan di Masa Depan?

25 Oktober 2024   10:34 Diperbarui: 25 Oktober 2024   10:54 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat dua tokoh teknologi dunia, Mark Zuckerberg dan Elon Musk, menyampaikan prediksi tentang kematian smartphone, sebagian besar orang mungkin menanggapi dengan skeptisisme.

Bayangkan, perangkat yang telah menjadi perpanjangan tubuh dan otak kita ini tiba-tiba dianggap akan usang dalam waktu dekat.

Namun, apakah benar kita sedang memasuki masa transisi menuju era baru teknologi di mana smartphone tidak lagi relevan? Atau ini hanya sensasi yang dilontarkan untuk menciptakan hype di sekitar inovasi terbaru mereka?

Laporan ini akan mengelaborasi apa yang sebenarnya sedang terjadi dan bagaimana implikasinya terhadap kehidupan kita.

Smartphone: Produk Teknologi yang Terlalu Sukses untuk Terkubur

Sejak peluncuran iPhone pertama oleh Steve Jobs pada 2007, ponsel pintar telah menjadi pusat kehidupan digital kita. Dalam waktu singkat, perangkat ini menggantikan kamera digital, pemutar musik, peta, hingga komputer bagi sebagian besar orang.

Bagi banyak orang, smartphone bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga alat kerja, sumber hiburan, bahkan tempat menyimpan kenangan berharga. Singkatnya, smartphone telah menjadi sesuatu yang sangat sulit dilepaskan.

Namun, justru keberhasilan luar biasa inilah yang membuat banyak pakar teknologi percaya bahwa smartphone mungkin telah mencapai puncak evolusinya. Pekka Lundmark, CEO Nokia, dalam sebuah pidato di Forum Ekonomi Dunia 2022 bahkan memprediksi bahwa teknologi ponsel pintar bisa menjadi usang pada tahun 2030 dengan kehadiran jaringan 6G.

Menurutnya, perangkat yang kita gunakan sekarang akan digantikan oleh teknologi yang terintegrasi langsung ke dalam tubuh kita. Pandangan ini diamini oleh Musk, yang mengandalkan Neuralink---teknologi implan otak untuk menggantikan ponsel.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah: benarkah kita sedang menyongsong era di mana ponsel pintar akan digantikan? Atau apakah inovasi-inovasi ini sekadar alat pemasaran canggih?

Kacamata Pintar: Inovasi atau Sekadar Gimmick?

Mark Zuckerberg, CEO Meta, adalah salah satu tokoh yang sangat yakin bahwa ponsel pintar akan segera digantikan.

Dalam acara Meta Connect, ia dengan penuh semangat memprediksi bahwa miliaran orang yang saat ini menggunakan kacamata biasa akan segera beralih ke kacamata pintar. Zuckerberg bahkan menyebutkan bahwa kacamata pintar akan menjadi teknologi yang diadopsi secara massal, seperti halnya ponsel pintar saat ini.

Tidak berhenti sampai di situ, Zuckerberg mengklaim bahwa kacamata ini, yang dilengkapi dengan teknologi Augmented Reality (AR) dan kecerdasan buatan (AI), akan memungkinkan pengguna untuk selalu terhubung dengan dunia digital tanpa harus bergantung pada layar ponsel. Pada dasarnya, Meta berinvestasi besar-besaran untuk memastikan bahwa kacamata pintar akan menjadi pintu gerbang utama ke dunia digital.

Salah satu produk awal dari visi ini adalah Ray-Ban Stories, kacamata pintar generasi pertama yang dikembangkan oleh Meta. Kacamata ini sudah dilengkapi dengan kamera untuk mengambil foto dan video, mikrofon, serta speaker untuk mendengarkan podcast, dan bahkan asisten suara yang memungkinkan pengguna melakukan berbagai hal tanpa harus menyentuh perangkat. Namun, apakah ini cukup untuk menggantikan ponsel pintar?

Secara teknis, kacamata pintar memang memberikan berbagai kelebihan, terutama dari segi kenyamanan dan aksesibilitas. Kita tidak lagi harus membuka layar ponsel untuk mengecek pesan atau notifikasi. Informasi dapat langsung ditampilkan di hadapan kita melalui layar kecil yang terintegrasi dalam kacamata.

Namun, ada beberapa tantangan besar yang masih perlu diatasi. Pertama, desain kacamata pintar saat ini masih terlalu mencolok dan kurang nyaman untuk dipakai dalam jangka waktu lama. Banyak orang yang tidak terbiasa memakai kacamata sepanjang hari, apalagi kacamata yang memiliki bobot lebih karena teknologi tambahan di dalamnya.

Kedua, persoalan privasi juga menjadi perhatian. Dengan adanya kamera yang selalu aktif di kacamata pintar, banyak orang khawatir bahwa teknologi ini bisa disalahgunakan.

Misalnya, bagaimana jika orang lain tidak mengetahui bahwa mereka sedang direkam? Ini adalah isu yang pernah muncul ketika Google Glass pertama kali diluncurkan dan menjadi salah satu alasan mengapa teknologi tersebut gagal menarik minat pasar.

Neuralink: Fantasi Fiksi Ilmiah atau Masa Depan Realistis?

Jika Zuckerberg ingin menggantikan ponsel dengan kacamata pintar, Elon Musk memiliki pendekatan yang jauh lebih radikal.

Lewat perusahaan neuroteknologinya, Neuralink, Musk mengusulkan bahwa di masa depan, kita tidak lagi membutuhkan perangkat fisik untuk berkomunikasi dengan dunia digital. Sebaliknya, ia membayangkan bahwa kita bisa langsung terhubung ke internet hanya dengan pikiran kita.

Teknologi yang diusulkan oleh Neuralink adalah implan chip di otak manusia, yang memungkinkan pengguna untuk mengendalikan perangkat elektronik dengan pikiran mereka. Salah satu produk awalnya, The Link, adalah chip seukuran koin yang ditanamkan di otak melalui pembedahan.

Musk mengklaim bahwa teknologi ini awalnya ditujukan untuk membantu orang-orang dengan keterbatasan fisik, seperti mereka yang lumpuh, untuk dapat menggerakkan komputer atau perangkat seluler hanya dengan berpikir.

Dalam percobaan awal, teknologi ini sudah menunjukkan hasil yang menjanjikan. Salah satu pasien Neuralink yang mengalami kelumpuhan mampu mengendalikan kursor komputer hanya dengan pikirannya.

Meski demikian, ada pertanyaan besar terkait implikasi jangka panjang dari teknologi ini. Apakah kita benar-benar ingin menanamkan chip di otak kita hanya untuk mengakses internet atau mengirim pesan teks? Selain itu, masalah etika juga tidak bisa diabaikan. Bagaimana jika teknologi ini disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab?

Antara Gimmick dan Masa Depan: Akankah Smartphone Benar-benar Punah?

Saat kita menelusuri lebih jauh klaim dari Zuckerberg dan Musk, muncul pertanyaan penting: Apakah prediksi tentang kematian smartphone ini adalah kenyataan yang akan segera terjadi, atau sekadar gimmick pemasaran yang bertujuan untuk mempopulerkan produk baru? Pada titik ini, mungkin terlalu dini untuk memberikan jawaban pasti.

Namun, satu hal yang pasti adalah bahwa setiap inovasi teknologi membutuhkan waktu untuk diadopsi secara luas. Ponsel pintar sendiri membutuhkan waktu beberapa tahun sebelum akhirnya menjadi perangkat yang tidak tergantikan.

Sebelum iPhone diluncurkan pada 2007, banyak orang masih menggunakan ponsel dengan tombol fisik dan tidak percaya bahwa layar sentuh bisa menjadi standar baru. Begitu pula, kita mungkin perlu menunggu beberapa tahun lagi untuk melihat apakah kacamata pintar atau chip otak akan benar-benar menggantikan ponsel pintar.

Inovasi Tidak Selalu Menggantikan, Terkadang Mereka Berdampingan

Meskipun banyak orang berbicara tentang "kematian" teknologi lama setiap kali muncul inovasi baru, kenyataannya adalah teknologi lama sering kali tetap hidup berdampingan dengan teknologi baru.

Lihat saja mesin faks, yang meskipun sudah jarang digunakan, masih eksis di beberapa institusi tertentu. Begitu juga dengan radio, yang tetap bertahan meski dunia telah beralih ke streaming digital.

Mungkin, hal yang sama juga akan terjadi dengan smartphone. Alih-alih menghilang sepenuhnya, ponsel pintar kemungkinan akan beradaptasi dengan kehadiran teknologi baru.

Misalnya, kacamata pintar mungkin akan menjadi perangkat pendukung, bukan pengganti, ponsel pintar. Begitu pula, chip otak mungkin akan menjadi pilihan bagi segmen tertentu dari populasi, tetapi tidak semua orang akan merasa nyaman dengan gagasan menanamkan chip di otak mereka.

Masa Depan Teknologi adalah Adaptasi, Bukan Penggantian

Pada akhirnya, meskipun ramalan Zuckerberg dan Musk tentang kematian smartphone terdengar bombastis, kita perlu melihatnya dalam konteks yang lebih luas.

Teknologi baru, seperti kacamata pintar dan chip otak, mungkin akan mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia digital, tetapi ini tidak berarti smartphone akan hilang begitu saja. Seperti yang telah kita lihat di masa lalu, teknologi lama sering kali bertahan lebih lama dari yang diperkirakan, beradaptasi dan berevolusi seiring waktu.

Jadi, apakah Anda siap untuk era pasca-smartphone? Mungkin jawabannya adalah kita tidak perlu memilih satu teknologi di atas yang lain. Sebaliknya, kita akan melihat ekosistem teknologi yang semakin beragam, di mana berbagai perangkat saling melengkapi dan memberikan kita kebebasan untuk memilih bagaimana kita ingin terhubung dengan dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten New World Selengkapnya
Lihat New World Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun