Dalam acara Meta Connect, ia dengan penuh semangat memprediksi bahwa miliaran orang yang saat ini menggunakan kacamata biasa akan segera beralih ke kacamata pintar. Zuckerberg bahkan menyebutkan bahwa kacamata pintar akan menjadi teknologi yang diadopsi secara massal, seperti halnya ponsel pintar saat ini.
Tidak berhenti sampai di situ, Zuckerberg mengklaim bahwa kacamata ini, yang dilengkapi dengan teknologi Augmented Reality (AR) dan kecerdasan buatan (AI), akan memungkinkan pengguna untuk selalu terhubung dengan dunia digital tanpa harus bergantung pada layar ponsel. Pada dasarnya, Meta berinvestasi besar-besaran untuk memastikan bahwa kacamata pintar akan menjadi pintu gerbang utama ke dunia digital.
Salah satu produk awal dari visi ini adalah Ray-Ban Stories, kacamata pintar generasi pertama yang dikembangkan oleh Meta. Kacamata ini sudah dilengkapi dengan kamera untuk mengambil foto dan video, mikrofon, serta speaker untuk mendengarkan podcast, dan bahkan asisten suara yang memungkinkan pengguna melakukan berbagai hal tanpa harus menyentuh perangkat. Namun, apakah ini cukup untuk menggantikan ponsel pintar?
Secara teknis, kacamata pintar memang memberikan berbagai kelebihan, terutama dari segi kenyamanan dan aksesibilitas. Kita tidak lagi harus membuka layar ponsel untuk mengecek pesan atau notifikasi. Informasi dapat langsung ditampilkan di hadapan kita melalui layar kecil yang terintegrasi dalam kacamata.
Namun, ada beberapa tantangan besar yang masih perlu diatasi. Pertama, desain kacamata pintar saat ini masih terlalu mencolok dan kurang nyaman untuk dipakai dalam jangka waktu lama. Banyak orang yang tidak terbiasa memakai kacamata sepanjang hari, apalagi kacamata yang memiliki bobot lebih karena teknologi tambahan di dalamnya.
Kedua, persoalan privasi juga menjadi perhatian. Dengan adanya kamera yang selalu aktif di kacamata pintar, banyak orang khawatir bahwa teknologi ini bisa disalahgunakan.
Misalnya, bagaimana jika orang lain tidak mengetahui bahwa mereka sedang direkam? Ini adalah isu yang pernah muncul ketika Google Glass pertama kali diluncurkan dan menjadi salah satu alasan mengapa teknologi tersebut gagal menarik minat pasar.
Neuralink: Fantasi Fiksi Ilmiah atau Masa Depan Realistis?
Jika Zuckerberg ingin menggantikan ponsel dengan kacamata pintar, Elon Musk memiliki pendekatan yang jauh lebih radikal.
Lewat perusahaan neuroteknologinya, Neuralink, Musk mengusulkan bahwa di masa depan, kita tidak lagi membutuhkan perangkat fisik untuk berkomunikasi dengan dunia digital. Sebaliknya, ia membayangkan bahwa kita bisa langsung terhubung ke internet hanya dengan pikiran kita.
Teknologi yang diusulkan oleh Neuralink adalah implan chip di otak manusia, yang memungkinkan pengguna untuk mengendalikan perangkat elektronik dengan pikiran mereka. Salah satu produk awalnya, The Link, adalah chip seukuran koin yang ditanamkan di otak melalui pembedahan.
Musk mengklaim bahwa teknologi ini awalnya ditujukan untuk membantu orang-orang dengan keterbatasan fisik, seperti mereka yang lumpuh, untuk dapat menggerakkan komputer atau perangkat seluler hanya dengan berpikir.