Selain itu, pemerintah juga perlu memastikan bahwa bahan bacaan yang berkualitas tersedia dan mudah diakses oleh semua anak, baik di sekolah maupun di rumah. Kampanye nasional untuk meningkatkan minat baca juga harus dicanangkan, melibatkan seluruh komponen masyarakat, termasuk keluarga, sekolah, dan komunitas lokal.
Seperti yang telah diterapkan di beberapa negara bagian di Amerika Serikat, di mana pembelajaran literasi didasarkan pada penelitian ilmiah tentang cara anak-anak belajar membaca, Indonesia juga dapat mengadaptasi pendekatan yang lebih terstruktur untuk meningkatkan literasi. Gerakan literasi ini harus berfokus pada seluruh spektrum proses belajar membaca, dari fonik dasar hingga kemampuan analitis yang lebih tinggi.
Kesimpulan: Maju Bersama, Gizi dan Literasi
Tidak ada negara yang bisa maju tanpa masyarakat yang sehat dan terdidik. Oleh karena itu, sudah saatnya pemerintah menyadari bahwa literasi bukanlah hobi atau kegiatan tambahan, tetapi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi sama pentingnya dengan kebutuhan akan gizi yang baik.
Kita tidak bisa memisahkan gizi dan literasi dalam proses pendidikan anak-anak kita. Keduanya harus berjalan seiring, seperti dua sisi mata uang yang saling melengkapi.
Tugas pemerintah yang baru bukan hanya untuk memastikan anak-anak Indonesia mendapatkan makan siang yang layak, tetapi juga memastikan mereka mendapatkan asupan literasi yang memadai.
Dengan gizi yang baik dan literasi yang kuat, kita bisa memutus siklus kemiskinan dan kebodohan yang selama ini membelenggu bangsa ini. Hanya dengan cara itulah kita bisa berharap Indonesia menjadi bangsa yang besar, dengan masyarakat yang cerdas, sehat, dan siap menghadapi tantangan global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H