Selain itu, sistem pendidikan yang tidak berorientasi pada ujian standar memungkinkan para guru lebih fleksibel dalam mengajarkan topik-topik yang relevan dengan tantangan zaman, termasuk misinformasi.
Kepercayaan dan Transparansi Publik
Namun, keberhasilan Finlandia dalam menahan gelombang misinformasi bukan hanya hasil dari kualitas pendidikannya.
Negara ini memiliki faktor-faktor lain yang turut berperan, termasuk tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap pemerintah dan institusi-institusi publik.
Sebuah survei yang dilakukan oleh IRO Research menunjukkan bahwa 76 persen warga Finlandia menganggap surat kabar cetak dan digital dapat dipercaya.
Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat, hanya 34 persen orang yang mempercayai media massa menurut survei Gallup.
Kepercayaan ini mempermudah masyarakat untuk memilah antara informasi yang valid dan yang menyesatkan.
Di negara-negara dengan tingkat kepercayaan publik yang rendah, informasi yang salah lebih mudah menyebar, karena ketidakpercayaan terhadap institusi sering kali membuat orang lebih rentan terhadap teori konspirasi.
Sebaliknya, di Finlandia, komunikasi yang jelas dan transparan antara pemerintah dan warga menciptakan fondasi bagi budaya media yang lebih sehat dan tangguh.
Namun, bahkan di negara dengan tingkat kepercayaan yang tinggi seperti Finlandia, ancaman misinformasi terus berkembang.
Invasi Rusia ke Ukraina, misalnya, mendorong Finlandia untuk memperkuat program literasi medianya. "Ancaman propaganda yang disponsori negara, terutama dari Rusia, membuat kami semakin sadar akan pentingnya literasi media," kata Paivi Leppanen, koordinator proyek di Badan Pendidikan Nasional Finlandia.
Tantangan Generasi Muda di Era Media Sosial
Di sisi lain, meskipun program-program literasi media di sekolah Finlandia sangat efektif, tantangan besar tetap ada. Anak muda Finlandia, seperti di banyak negara lain, tumbuh besar dengan media sosial, yang merupakan lahan subur bagi penyebaran hoaks.