Dari skala kecil ini, Joli Jolan menjadi model bagi gerakan sosial lainnya yang berusaha mengatasi krisis lingkungan melalui pendekatan komunitas.
Namun, Joli Jolan tidak hanya soal barang-barang bekas. Setiap Sabtu, mereka juga mengadakan program Bank Pangan, sebuah inisiatif yang terinspirasi dari gerakan global Food Not Bombs, yang mendistribusikan makanan gratis kepada warga.
Kegiatan ini menunjukkan bahwa di balik gerakan ini, ada kesadaran mendalam tentang ketahanan sosial yang jauh melampaui sekadar pertukaran barang.
Ketika saya berbicara dengan salah satu relawan di sana, ia mengatakan, "Ini lebih dari sekadar memberi barang atau makanan. Ini tentang merawat komunitas kita, tentang memastikan bahwa tidak ada yang merasa sendirian dalam kesulitan."
Kesadaran untuk berbagi dan saling mendukung ini juga tercermin dalam upaya mereka untuk mengadakan workshop dan diskusi terbuka mengenai isu-isu lingkungan dan sosial.
Saya hadir dalam salah satu diskusi tersebut, di mana para peserta berbicara tentang dampak sampah plastik di lingkungan perkotaan dan bagaimana ekonomi sirkular bisa menjadi solusi jangka panjang.
Ada perasaan urgensi di ruangan itu, tapi juga optimisme bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah-langkah kecil, dari ruang solidaritas seperti Joli Jolan.
Saat hari semakin siang, saya meninggalkan galeri Joli Jolan dengan hati yang lebih ringan dan pikiran yang lebih terbuka.
Di dunia yang sering kali terasa berat oleh tuntutan materi dan kekhawatiran akan masa depan, Joli Jolan adalah pengingat bahwa ada cara lain untuk hidup.
Bahwa dalam ketiadaan, kita bisa menemukan kelimpahan. Bahwa dalam berbagi, kita bisa memperkuat ikatan yang rapuh di antara kita.
Joli Jolan mungkin tidak akan mengubah dunia dalam sekejap, tapi ia telah menunjukkan bahwa ketahanan sosial bisa dibangun dari dasar, dari hal-hal yang mungkin kita anggap kecil, namun memiliki dampak besar.