Sebaliknya, mereka memilih untuk bermain rapat, dengan pertahanan yang solid dan disiplin. Serangan balik mereka dieksekusi dengan sangat efektif, memanfaatkan celah kecil yang ditinggalkan oleh pertahanan kita.
Gol pertama China lahir dari kesalahan individu, namun itu tidak sepenuhnya kebetulan.
Shayne Pattynama memang membuat blunder saat mencoba menghalau bola, tetapi cara pemain China mengantisipasi kesalahan itu, berada di posisi yang tepat pada waktu yang tepat, menunjukkan bahwa mereka bermain dengan mentalitas yang cerdas.
Mereka tahu kapan harus menunggu dan kapan harus menyerang. Itu bukan hanya soal keberuntungan, tapi juga soal perencanaan.
Hal yang sama berlaku untuk gol kedua. Jay Idzes dan Mees Hilgers, dua pemain belakang kita, meninggalkan celah kecil di antara mereka. Itu mungkin hanya sesaat, tapi cukup bagi Yuning Zhang untuk masuk dan memanfaatkan peluang tersebut.
China tahu mereka tidak memiliki banyak peluang untuk mencetak gol, jadi mereka memastikan setiap peluang kecil yang ada dieksekusi dengan sempurna. Lagi-lagi, ini soal kecerdikan.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Kita bisa terus menerus mengkritik kesalahan pemain Indonesia atau keputusan taktis Shin Tae-yong. Namun, jika kita hanya fokus pada itu, kita kehilangan pelajaran penting.
Sepak bola, seperti halnya kehidupan, bukan hanya tentang berapa banyak kita menguasai atau seberapa keras kita bekerja. Kadang-kadang, yang lebih penting adalah seberapa pintar kita menggunakan apa yang kita miliki.
China memahami keterbatasan mereka. Mereka tahu bahwa mereka tidak bisa menang dalam penguasaan bola atau jumlah passing melawan Indonesia.
Jadi mereka memilih untuk fokus pada aspek lain: pertahanan yang kokoh, serangan balik yang cepat, dan memanfaatkan kesalahan lawan.
Kita bisa menyebutnya strategi bertahan yang membosankan atau permainan yang defensif, tetapi pada akhirnya, itu berhasil.