Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Daripada Mengkritik Timnas Indonesia, Kenapa Kita Tidak Akui Kalau China Lebih 'Pintar' Tadi Malam?

16 Oktober 2024   16:21 Diperbarui: 16 Oktober 2024   17:14 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas Indonesia gagal memaksimalkan keunggulan penguasaan bola saat bertemu China.| Sumber: detik.net.id

Dari atas tribun, suara gemuruh suporter yang mengenakan merah-putih tampak memenuhi Qingdao Youth Football Stadium, Selasa malam itu.

Harapan tinggi untuk kemenangan Timnas Indonesia tampak jelas di wajah para pendukung yang datang dari berbagai penjuru, bahkan rela menempuh ribuan kilometer untuk memberikan dukungan langsung.

Di layar televisi, kita di rumah juga merasakan degup yang sama, semangat yang sama. Namun, saat peluit akhir berbunyi, rasa optimisme itu berubah menjadi kekecewaan. Skor akhir: 2-1 untuk kemenangan China.

Tentu saja, kekecewaan itu mengalir deras di media sosial. Kritik bertubi-tubi segera menghantam, sebagian besar tertuju pada kesalahan individu pemain dan strategi yang dianggap keliru dari pelatih Shin Tae-yong.

Blunder Shayne Pattynama yang berujung gol pertama China dan celah di pertahanan yang dimanfaatkan untuk gol kedua Yuning Zhang menjadi sorotan utama.

Tapi, di tengah banjir kritik, muncul sebuah pertanyaan yang seharusnya membuat kita berpikir ulang: Daripada terus menyalahkan Timnas Indonesia, kenapa kita tidak akui bahwa China lebih "pintar" malam itu?

Mari kita berhenti sejenak dari kemarahan dan kekecewaan kita. Saat kita bicara tentang pertandingan sepak bola, apa yang sebenarnya membuat sebuah tim layak menang? Apakah hanya penguasaan bola, passing akurat, atau jumlah tembakan ke gawang?

Secara statistik, Timnas Indonesia unggul hampir di semua aspek. Penguasaan bola kita mencapai 84 persen, dibandingkan dengan hanya 16 persen untuk China. Total passing kita mencapai 614, sementara China hanya mencatat 186 operan. Namun, apa arti semua itu jika akhirnya skor tetap tidak berpihak pada kita?

Ada satu elemen yang sering kita lupakan dalam sepak bola: kecerdikan. Dan China, dengan segala keterbatasan mereka di atas kertas, menunjukkan bahwa kecerdikanlah yang menjadi pembeda malam itu.

Kecerdikan di Lapangan Hijau

Jika kita tinjau kembali jalannya pertandingan, kita akan menemukan bahwa China bermain dengan strategi yang penuh perhitungan. Mereka tidak mencoba untuk bersaing dalam penguasaan bola melawan Indonesia.

Sebaliknya, mereka memilih untuk bermain rapat, dengan pertahanan yang solid dan disiplin. Serangan balik mereka dieksekusi dengan sangat efektif, memanfaatkan celah kecil yang ditinggalkan oleh pertahanan kita.

Gol pertama China lahir dari kesalahan individu, namun itu tidak sepenuhnya kebetulan.

Shayne Pattynama memang membuat blunder saat mencoba menghalau bola, tetapi cara pemain China mengantisipasi kesalahan itu, berada di posisi yang tepat pada waktu yang tepat, menunjukkan bahwa mereka bermain dengan mentalitas yang cerdas.

Mereka tahu kapan harus menunggu dan kapan harus menyerang. Itu bukan hanya soal keberuntungan, tapi juga soal perencanaan.

Hal yang sama berlaku untuk gol kedua. Jay Idzes dan Mees Hilgers, dua pemain belakang kita, meninggalkan celah kecil di antara mereka. Itu mungkin hanya sesaat, tapi cukup bagi Yuning Zhang untuk masuk dan memanfaatkan peluang tersebut.

China tahu mereka tidak memiliki banyak peluang untuk mencetak gol, jadi mereka memastikan setiap peluang kecil yang ada dieksekusi dengan sempurna. Lagi-lagi, ini soal kecerdikan.

Apa yang Bisa Kita Pelajari?

Kita bisa terus menerus mengkritik kesalahan pemain Indonesia atau keputusan taktis Shin Tae-yong. Namun, jika kita hanya fokus pada itu, kita kehilangan pelajaran penting.

Sepak bola, seperti halnya kehidupan, bukan hanya tentang berapa banyak kita menguasai atau seberapa keras kita bekerja. Kadang-kadang, yang lebih penting adalah seberapa pintar kita menggunakan apa yang kita miliki.

China memahami keterbatasan mereka. Mereka tahu bahwa mereka tidak bisa menang dalam penguasaan bola atau jumlah passing melawan Indonesia.

Jadi mereka memilih untuk fokus pada aspek lain: pertahanan yang kokoh, serangan balik yang cepat, dan memanfaatkan kesalahan lawan.

Kita bisa menyebutnya strategi bertahan yang membosankan atau permainan yang defensif, tetapi pada akhirnya, itu berhasil.

Lalu, apa yang bisa kita pelajari dari kekalahan ini? Pertama, kita harus belajar untuk lebih menghargai kecerdikan dalam bermain. Kita sering terjebak dalam angka-angka statistik, berpikir bahwa lebih banyak penguasaan bola atau passing otomatis berarti lebih baik.

Namun, dalam sepak bola, efisiensi lebih penting daripada kuantitas. Malam itu, China mengajarkan kita bahwa terkadang lebih sedikit berarti lebih banyak.

Mengakui Keunggulan Lawan Tidak Berarti Kelemahan

Mengakui bahwa lawan kita lebih pintar dalam strategi dan eksekusi tidak berarti kita lebih lemah. Justru, ini adalah langkah pertama menuju kemajuan. Timnas Indonesia memiliki banyak potensi, itu tidak diragukan lagi.

Dalam 15 menit pertama pertandingan, kita mendikte permainan, menciptakan tekanan, dan membuat lawan kesulitan. Tapi saat China mencetak gol pertama, semuanya berubah. Kita kehilangan fokus, terburu-buru dalam menyerang, dan mulai membuat kesalahan.

Kita perlu belajar dari China, bagaimana mereka tetap tenang dan disiplin bahkan ketika ditekan. Mereka tidak panik, tidak terburu-buru.

Mereka menunggu momen yang tepat untuk menyerang. Sementara itu, kita terlalu berambisi untuk segera mencetak gol balasan, yang justru membuat kita lebih rentan terhadap serangan balik.

Masa Depan Timnas Indonesia

Kekalahan ini mungkin menyakitkan, tetapi bukan akhir dari segalanya. Justru, ini adalah momen penting untuk evaluasi. Shin Tae-yong telah membawa banyak perubahan positif bagi Timnas Indonesia.

Dari segi fisik, permainan kita sudah jauh lebih kuat. Dari segi taktik, kita mulai melihat perkembangan dalam cara kita bermain, dengan penguasaan bola yang lebih baik dan passing yang lebih akurat.

Namun, yang perlu ditingkatkan sekarang adalah mentalitas dan kecerdasan bermain. Kita perlu belajar untuk lebih tenang, lebih disiplin, dan lebih cerdas dalam mengambil keputusan di lapangan.

Kecerdikan seperti yang ditunjukkan China malam itu bukan sesuatu yang muncul begitu saja. Itu datang dari latihan, pengalaman, dan pemahaman taktik yang mendalam. Dan inilah yang harus kita kembangkan jika kita ingin bersaing di level internasional.

Jadi, daripada terus mengkritik Timnas Indonesia atas kekalahan ini, mari kita akui bahwa China memang lebih pintar malam itu. Mari kita belajar dari kecerdikan mereka, bukan hanya dalam sepak bola, tetapi juga dalam cara kita melihat dan memahami permainan.

Sepak bola adalah tentang lebih dari sekadar menang atau kalah; ini tentang bagaimana kita bermain, bagaimana kita belajar, dan bagaimana kita tumbuh dari setiap pertandingan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun