Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Belajar: Antara Cita-cita dan Realitas di Sekolah Negeri

11 Oktober 2024   15:02 Diperbarui: 11 Oktober 2024   22:51 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah mengamati dunia pendidikan selama beberapa tahun---terutama karena anak saya bersekolah di sekolah negeri---saya mulai menyadari sesuatu yang menarik: sistem pendidikan di Indonesia, khususnya dengan konsep Merdeka Belajar, tampaknya bergerak ke arah yang mirip dengan kurikulum International Baccalaureate (IB).

Pertanyaanya? Bagaimana bisa sesuatu yang diasosiasikan dengan biaya fantastis---seperti sekolah dengan SPP Rp17,3 juta per bulan seperti di Binus School Simprug tiba-tiba ditawarkan secara gratis di sekolah-sekolah negeri?

Ya, Anda tidak salah dengar. Sementara sekolah-sekolah IB swasta seperti Binus mengharuskan biaya masuk yang bisa mencapai Rp192 juta hanya untuk jenjang SMA, kebijakan Merdeka Belajar justru mengisyaratkan pendidikan dengan kualitas serupa, tanpa beban biaya yang menekan orang tua.

Tetapi, inilah hal yang membuat saya tergelitik. Bagaimana bisa konsep yang diasosiasikan dengan biaya pendidikan setara cicilan mobil tiba-tiba dikemas dengan stiker "gratis" dan diterapkan di sekolah-sekolah negeri.

Bayangkan anak-anak di sekolah negeri, di mana kapur tulis dan papan hijau mungkin masih menjadi standar, tiba-tiba disodori kurikulum yang dirancang untuk menciptakan warga global?

Apa Itu IB dan Kenapa Mahal Banget?

Mari kita mulai dengan IB. Sistem IB adalah jenis kurikulum yang pada dasarnya ingin menciptakan manusia renaisans modern.

Pelajar dalam sistem ini diharapkan tidak hanya pintar matematika, tetapi juga pandai dalam filsafat, seni rupa, dan, entah bagaimana, menjadi warga global yang sadar lingkungan.

Anda tahu, semacam superhero yang bisa memecahkan soal integral sambil berdiskusi soal eksistensialisme dan mengkritik kapitalisme.

Sekolah-sekolah yang menawarkan kurikulum IB cenderung mahal karena, yah, jelas saja. Anda tidak hanya membayar untuk pelajaran matematika dan biologi.

Anda membayar untuk laboratorium kimia dengan teknologi terbaru, pengajaran seni rupa dengan standar internasional, dan mungkin, kopi mahal untuk para guru yang setengah stres menghadapi kurikulum multi-dimensi ini.

Di Indonesia, biaya sekolah IB bisa mencapai angka fantastis: sekitar 10 juta per bulan, setidaknya. Itu angka yang membuat Anda terdiam sejenak, lalu merenung apakah anak-anak kita benar-benar butuh pelajaran tentang post-modernisme pada usia 14 tahun?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun