Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - eklegein

Meminati Filsafat//Sejarah//Ilmu Pendidikan --- Film, Bola, dan AS Roma. Menyukai diskusi mencerahkan yang memperluas wawasan. Menyukai diskusi dan introspeksi yang membuka wawasan baru tentang kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Penguatan Regulasi untuk Mencegah Penipuan Lowongan Kerja

18 September 2024   14:07 Diperbarui: 18 September 2024   18:55 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Antrian pencari kerja yang mencari peruntungan di Cianjur Job Fair 2019 di Lapang Prawatasari, Cianjur, Jawa Barat. (KOMPAS.com) 

Generasi muda hari ini mengarungi lautan ketidakpastian. Dengan optimisme yang besar, mereka dibekali pendidikan yang menjanjikan dan imajinasi tentang dunia kerja yang ideal. 

Namun, mimpi ini sering kali terhempas oleh kenyataan yang lebih kejam---realita bahwa di luar sana, penipu lowongan kerja mengintai mereka yang penuh harap. Ironisnya, ekspektasi akan "idealnya" dunia kerja justru membuka celah bagi para penjahat ini.

Dalam survei yang dilakukan pada 2024, tercatat lebih dari 32.064 orang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) di Indonesia hingga Juni . PHK massal dan ketidakpastian ekonomi semakin memperburuk situasi. 

Ketika pintu kesempatan tampak semakin sempit, muncul janji manis pekerjaan impian. Tawaran dengan gaji besar, bekerja dari rumah, atau bahkan tanpa syarat pengalaman memadai---ini semua terdengar begitu menarik, tetapi sering kali hanya jebakan.

Ekspektasi Generasi Muda: Mimpi yang Dirusak oleh Penipuan

Generasi Z dan milenial memiliki ekspektasi tinggi terhadap dunia kerja---mencari pekerjaan yang bukan sekadar penghasilan, tetapi juga tempat untuk berinovasi, berkembang, dan memberi dampak positif. 

Namun, ketika ekonomi global tak mampu menampung semua ekspektasi ini, banyak yang akhirnya terjebak dalam lowongan kerja palsu. Tawaran pekerjaan yang terlihat sempurna menjadi pelampiasan harapan mereka.

Sayangnya, kegagalan pemerintah dalam menyediakan akses ke pekerjaan formal yang aman dan terjamin turut memperparah situasi. 

Ketika angka pengangguran tetap tinggi, seperti yang dilaporkan BPS, dengan persentase pengangguran di antara generasi Z yang masih jauh dari harapan , lahan penipuan lowongan kerja tumbuh subur. 

Banyak orang akhirnya membuat keputusan impulsif, dengan keyakinan bahwa tawaran ini adalah tiket menuju kestabilan finansial dan masa depan yang lebih baik.

Mengapa Kita Rentan Terhadap Penipuan?

Dalam ilmu psikologi, ada istilah cognitive dissonance, sebuah fenomena di mana seseorang mencoba membenarkan keputusan impulsif mereka meskipun menghadapi tanda-tanda bahaya. 

Inilah yang sering terjadi pada korban penipuan lowongan kerja. Dengan kondisi pasar kerja yang semakin sulit, banyak yang memilih untuk tidak mengindahkan kewaspadaan.

Penipu sangat memahami psikologi korban mereka. Mereka tahu bahwa manusia rentan ketika dikuasai oleh harapan, ketakutan, dan desakan kebutuhan. 

Tawaran pekerjaan yang sempurna menjadi perisai bagi pelaku penipuan, memanipulasi emosi korban hingga mereka mengabaikan kewajaran, bahkan hal-hal yang terlihat mencurigakan. 

Faktor psikologis ini, diperkuat oleh stigma bahwa "gagal mendapatkan pekerjaan" adalah aib bagi generasi muda, membuat para pencari kerja sering kali terjebak dalam lingkaran ekspektasi tak realistis.

Penipuan lowongan kerja bukan hanya melibatkan eksploitasi finansial, tetapi juga menyerang kesehatan mental korban. Mereka yang telah menjadi korban tidak hanya kehilangan uang tetapi juga rasa percaya diri dan harga diri. 

Dan tanpa penanganan yang tepat, trauma ini bisa menjadi beban jangka panjang yang merusak potensi dan masa depan mereka.

Tanda-tanda Penipuan: Bagaimana Kita Bisa Lebih Berhati-hati?

Banyak tanda-tanda klasik yang dapat membantu pencari kerja menghindari penipuan lowongan. 

Pertama, jika suatu tawaran terdengar terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, kemungkinan besar itu adalah jebakan. 

Gaji besar tanpa syarat pengalaman, proses rekrutmen yang terlalu cepat, atau permintaan pembayaran untuk "pelatihan" adalah beberapa tanda bahaya.

Kedua, riset yang baik sangat diperlukan. Selalu periksa kredibilitas perusahaan melalui sumber-sumber yang terpercaya. 

Jika perusahaan tersebut baru didengar, belum memiliki rekam jejak yang jelas, atau memiliki ulasan negatif di berbagai platform, maka berhati-hatilah. 

Dengan teknologi yang semakin canggih, banyak platform bisa digunakan untuk memeriksa validitas suatu perusahaan atau lowongan.

Langkah Pemerintah: Menghukum Penipu dengan Tegas

Penipuan lowongan kerja adalah cerminan dari kegagalan sistem yang lebih besar. 

Pemerintah memiliki peran penting dalam menindak tegas para pelaku penipuan, bukan hanya demi memberikan keadilan bagi korban, tetapi juga untuk memulihkan kepercayaan generasi muda terhadap sistem hukum dan ekonomi. 

Undang-Undang Cipta Kerja, yang bertujuan menciptakan lapangan kerja baru, harus diterapkan dengan lebih ketat dan diperkuat dengan regulasi yang melindungi pencari kerja dari praktik penipuan.

Di samping itu, kampanye edukasi yang massif harus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran akan risiko penipuan lowongan kerja.

Peningkatan teknologi untuk mendeteksi penipuan, seperti yang disarankan dalam berbagai studi, harus diimplementasikan secara lebih luas. 

Sistem pelaporan penipuan yang cepat dan efisien juga harus disediakan agar korban tidak merasa sendirian dan bisa segera mendapatkan bantuan.

Masa Depan Tanpa Penipuan

Penipuan lowongan kerja merupakan tantangan global yang memerlukan respons kolektif. Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan pendekatan multi-sektoral yang melibatkan pemerintah, sektor swasta, masyarakat, dan media. 

Selain upaya preventif seperti peningkatan regulasi dan edukasi, penting juga memberikan dukungan kepada korban dan memanfaatkan media untuk meningkatkan kesadaran publik. 

Kerja sama internasional juga dapat memperkuat upaya pencegahan dan penindakan di tingkat global. Dengan pendekatan yang komprehensif, kita dapat melindungi hak-hak pekerja, membangun kepercayaan masyarakat, dan menciptakan lingkungan kerja yang aman dan adil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun