Penipu sangat memahami psikologi korban mereka. Mereka tahu bahwa manusia rentan ketika dikuasai oleh harapan, ketakutan, dan desakan kebutuhan.Â
Tawaran pekerjaan yang sempurna menjadi perisai bagi pelaku penipuan, memanipulasi emosi korban hingga mereka mengabaikan kewajaran, bahkan hal-hal yang terlihat mencurigakan.Â
Faktor psikologis ini, diperkuat oleh stigma bahwa "gagal mendapatkan pekerjaan" adalah aib bagi generasi muda, membuat para pencari kerja sering kali terjebak dalam lingkaran ekspektasi tak realistis.
Penipuan lowongan kerja bukan hanya melibatkan eksploitasi finansial, tetapi juga menyerang kesehatan mental korban. Mereka yang telah menjadi korban tidak hanya kehilangan uang tetapi juga rasa percaya diri dan harga diri.Â
Dan tanpa penanganan yang tepat, trauma ini bisa menjadi beban jangka panjang yang merusak potensi dan masa depan mereka.
Tanda-tanda Penipuan: Bagaimana Kita Bisa Lebih Berhati-hati?
Banyak tanda-tanda klasik yang dapat membantu pencari kerja menghindari penipuan lowongan.Â
Pertama, jika suatu tawaran terdengar terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, kemungkinan besar itu adalah jebakan.Â
Gaji besar tanpa syarat pengalaman, proses rekrutmen yang terlalu cepat, atau permintaan pembayaran untuk "pelatihan" adalah beberapa tanda bahaya.
Kedua, riset yang baik sangat diperlukan. Selalu periksa kredibilitas perusahaan melalui sumber-sumber yang terpercaya.Â
Jika perusahaan tersebut baru didengar, belum memiliki rekam jejak yang jelas, atau memiliki ulasan negatif di berbagai platform, maka berhati-hatilah.Â
Dengan teknologi yang semakin canggih, banyak platform bisa digunakan untuk memeriksa validitas suatu perusahaan atau lowongan.