Dari sini kita bisa belajar bahwa Jepang memang punya kecepatan dalam membangun serangan yang berbahaya. Lini mereka semua bagus. Aliran bola dari belakang ke tengah kemudian ke depan sangat membahayakan.
Lumayan banyak peluang Jepang lawan timnas kita. Bahkan ada satu peluang yang mestinya jadi gol kalau tak terbentur tiang gawang bagian bawah.
Aliran bola yang cepat ini saya pikir bisa diadopsi oleh pemain kita. Dengan demikian, tidak ada keraguan bahwa kita pun punya kecepatan itu.Â
Melihat cara berlari Marselino Ferdinan, kita meyakini ada jurus ampuh untuk mendobrak pertahanan lawan.
Ini yang seharusnya lebih banyak lagi dicoba. Tentu dengan dukungan pemain lawan dalam membuka ruang untuk pemain lain.
Keempat, kita bisa terus cetak gol
Berkaca pada tiga laga, tim kita selalu bisa bikin gol meski 1 di tiap laga. Itu sebuah keunggulan komparatif sendiri yang mesti diandalkan.
Apalagi gol Sandy Walsh yang memperkecil skor menjadi 1-3 melawan Jepang. Tembakan Walsh juga tak keras usai mendapat bola muntah di kotak penalti. Namun, karena akurasinya baik dan kiper lawan tak siap, kita sanggup mencetak gol.
Ini menabalkan keyakinan sebetulnya bahwa tim sekelas apa pun yang dihadapi Indonesia, tetap punya peluang kita jebol. Toh Irak dan Jepang pun bisa kita koyak gawangnya meski hanya sekali.
Keyakinan soal ini mesti menjadi acuan dalam setiap laga timnas kita usai Piala Asia ini. Masih ada kualifikasi Piala Dunia yang lawannya pun itu-itu juga. Irak dan Vietnam serta Filipina sudah menunggu.
Kekalahan atas Jepang seharusnya kita terima dengan lapang dada. Tim pasti melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kinerja di lapangan.Â