Ketiga, berkoordinasi dengan aparat kampung atau desa
Di banyak kejadian, filantropi tak tepat sasaran karena si pemberi langsung saja ke penerima manfaat. Perangkat atau apararur desa tidak diberi tahu. Padahal, aparat desa ini tahu data siapa saja yang mesti dibantu.
Ini pengalaman saya sendiri ketika ingin mengajak kolaborasi banyak lembaga untuk membantu kampung halaman. Rupanya, ketidakefektifan itu juga disumbang karena kita enggan berhubungan dengan aparatur. Padahal, mereka pihak yang paling bertanggung jawab di lingkungan itu.
Oleh karena itu, penting untuk mengajak mereka sehingga program untuk kampung halaman ini sukses. Dan di banyak pengalaman organisasi filantropi, cara ini sukses.Â
Kita bisa berkontribusi, aparatur kampung juga punya peran. Semua pihak dapat manfaat dan nama baik.
Keempat, istikamah
Banyak program untuk kampung halaman bubar usai beberapa bulan. Istikamah rasanya masih sulit diwujudkan menjadi kultur kita.
Ke depan, supaya program untuk kampung halaman ini sukses, kita butuh istikamah. Semua yang sedari awal sudah komitmen, diharapkan menjaga komitmen itu.Â
Yang sudah janji setiap bulan sumbang seratus ribu rupiah, upayakan istikamah. Itulah penting tadi kita punya penanggung jawab di lapangan serta berkoordinasi dengan aparatur kampung.
Semoga artikel ini tidak sekadar menjadi surat untuk kampung halaman. Semoga ini menjadi ide dan mengejawantah dalam bentuk riil program untuk saudara di kampung halaman.Â
Ini bentuk amal sosial kita. Siapa tahu Allah swt rida dan menjadikan ini rahmat untuk memasukkan kita ke jannah-Nya. Amin. [Adian Saputra]