Mungkin bisa disatukan pada satu ranah tapi bisa juga di bidang lainnya. Misalnya perantauan yang punya kepedulian terhadap pendidikan bisa menginisiasi sekolah atau pusat pembelajaran jika memang belum ada. Atau kalau dirasa semua infrastruktur pendidikan sudah oke, tinggal membantu warga saja. Khususnya mereka yang papa.
Bentuk kontribusi ini pada kampung halaman pasti punya dampak besar jika dikerjakan secara berjemaah. Saya coba rangkumkan tipsnya supaya surat untuk kampung halaman ini mengejawantah dalam bentuk yang lebih konkret.
Pertama, menganalisis kebutuhan kampung
Silakan berembuk para perantau. Dicari apa yang paling dibutuhkan dari warga di kampung halaman.Â
Kalau setakat pengalaman, yang paling mudah dan pasti ada itu kebutuhan membantu warga tak mampu. Bisa untuk pangan karena memang terkategori fakir, bisa juga untuk membantu biaya pendidikan anak-anak.Â
Meski sekarang sekolah katanya gratis, ada banyak kebutuhan yang mesti dipenuhi. Fokuskan saja ke satu bidang ini.Â
Misalnya disepakati untuk membantu 50 orang anak usia sekolah dasar sampai mereka masuk SMP. Direken kebutuhan bulanan seberapa besar kemudian dibagi kepada perantau di luar. Silakan berkontribusi sesuai dengan kemampuan.
Kedua, dipilih penanggung jawab yang amanah di kampung asal
Usai itu, dipilih penanggung jawab yang mengontrol filantropi tadi. Upayakan biaya pendidikan itu tidak dalam bentuk uang melainkan kebutuhan mereka apa.Â
Mungkin buku, mungkin tas, mungkin juga paket internet, dan lainnya. Jika diberikan uang, sudah banyak kejadian tak sampai atau dibelikan kebutuhan harian.
Penanggung jawab inilah yang akan mengevaluasi seberapa efektif program itu dijalankan. Dia inilah yang nanti akan memberikan penilaian termasuk mungkin perubahan program dari para anak rantau ini.