Bahkan perguruan tinggi pun kini akrab dengan frasa Kampus Merdeka. Salah satu yang juga saya tulis adalah soal pertukaran mahasiswa merdeka. Pembaca bisa menyimaknya di tulisan tautan ini: "PMM dan Akulturasi Budaya: Bertukar Sementara, Bermakna Selamanya".
Saya juga senang karena Mas Menteri menapaktilasi pelajaran pendidikan yang pernah diselenggarakan Ki Hajar Dewantara. Tersebab itu juga, praktisi mengajar, dosen tamu, atau apalah namanya ini punya kelindan yang erat.
Memang idealnya lulusan Prodi Pendidikan Bahasa Prancis ini mengajar bahasa Prancis. Namun, soal mereka mengajar atau tidak, itu bergantung pada kebutuhan di lapangan. Jika memang pemerintah belum membuka lowongan itu, apa hendak dikata.
Dengan adanya mata kuliah peminatan yang bersambung erat dengan Kurikulum Merdeka Merdeka Belajar ini, mahasiswa bisa ambil kesempatan buat ilmu lain. Mereka bisa menambah pengetahuan dan keterampilan dalam ranah baru: jurnalisme.
Semoga apa yang sejauh ini diberikan ada manfaat. Saya meyakini, pola pikir mahasiswa generasi Z ini terbuka dan visioner.
Setidaknya kemampuan bahasa Prancis ini menjadi bekal mereka untuk bekerja di sektor lain di luar keguruan. Misalnya bekerja di kedutaan, jadi diplomat, buka kursus bahasa Prancis, menjadi penulis novel, jadi jurnalis, melanjutkan studi magister demi jadi dosen di tanah Raja Louis, dan lainnya.
Saya hakulyakin mereka bisa. Luar biasa untuk mereka. Extraordinaire! Merci. [Adian Saputra]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H