Begitu melihat sesuatu yang baru, penting, dan menarik, mereka langsung menulis dan mengirim kepada saya saat itu juga. On the spot istilahnya.
Mereka sudah seperti wartawan media daring ternama. Cepat melihat isu, gerak cepat menulis, menambah dengan nilai lainnya, kemudian mengirim kepada saya.
Barangkali karena berbasis keguruan, struktur penulisan mereka juga teramat rapi. Memang mesti sedikit polesan, tapi secara umum sudah oke punya.
Yang lebih keren lagi, sewaktu masuk kelas dan saya isi materi menulis opini, mereka juga bisa menyimak dengan baik. Tanya jawab dilakukan dengan baik.
Pengetahuan jurnalisme mereka sangat lumayan. Saya terhenyak ketika mereka membicarakan 9 Elemen Jurnalisme-nya Bill Kovach dan Tom Rosentiel, bicara soal kode etik, dan lainnya.
Luar biasa! Bravo! Tres bien! Faire un tabac!
Usai itu, tugas kembali menanti. Saya meminta mereka untuk menulis opini. Temanya bebas. Bisa diambil dari tren yang sekarang berkembang atau berkelindan dengan bahasa Prancis.
Agatha Monica Silaban menulis "Romantisisme Bahasa Prancis" dan dibaca lumayan banyak mencapai 1.323. Elisabeth Siregar menulis "Belajar Bahasa Prancis Artinya Menjadi Orang Prancis".
Adam Alfathur menulis "Prancis, Bahasa, dan Kiblat Literatur Frankofon". Kunti Afdalya Wilujeng menulis "Menakar Eksistensi Bahasa Prancis di Indonesia".
Milla Eka Savitri menulis "Bahasa Prancis dan Keunggulan Bagi Pembelajar". Natasya Fidela menulis "Pentingnya Belajar Bahasa Prancis".
Supaya terkait dengan bahasa Prancis, mereka juga melengkapi teks ke dalam bahasa Prancis dan diserahkan ke dosen pengampu yang dua madame tadi: Setia Rini dan Diana.