Setiap minggu ada saja yang datang. Selain pejabat, ada juga mahasiswa dan perusahaan. Urusannya pun macam-macam. Dari sekadar melihat-lihat, studi banding, buat bahan laporan, dan lainnya.
Bupati Pringsewu Sujadi Saddat (baru saja berakhir masa jabatannya) pun rajin kemari. Abah Sujadi, begitu orang Pringsewu menyapa bupatinya itu, punya kepedulian yang besar untuk urusan persampahan.
Ada gula ada semut. Peribahasa itu barangkali lumayan pas disematkan untuk TPS 3R Jejama Secancanan ini. Apa pasal sehingga banyak orang mau datang?
Tempat pengelolaan sampah ini yang dikelola Lukman sebagai manajer ini memang istimewa. Selain mengolah sampah menjadi kompos, memisahkan sampah rongsokan untuk dijual kembali, pegiat di sini kreatif.
Di bawah ini feature untuk buku biografi Abdul Hakim, senator asal Lampung di DPD RI.
Harum durian tercium kemana-mana kala Kampung Kadujurig sedang musim buah beraroma khas itu. Jika sedang berbuah, penikmat buah beraroma tajam ini bisa suntuk menunggui jatuhannya.
Kata para penikmat durian, buah jatuhan rasanya lebih enak dan legit ketimbang yang diperam.
Kampung di Kecamatan Pandeglang itu memang dulu dikenal sebagai salah satu destinasi buah durian setempat. Namun, sering ada keanehan kala musim durian tiba.
Beberapa buah durian yang bunyi "gedebuk" saat jatuh, hilang tak berbekas saat dicari. Dan peristiwa ini lumayan sering terjadi dahulu kala.
Orang setempat berkelakar, mungkin diambil hantu yang dalam bahasa Sunda disebut dengan jurig. Sedangkan durian dalam bahasa Sunda setempat disebut dengan kadu. Walhasil nama kampung kecil nan indah serta dikelilingi sungai-sungai jernih berair deras ini dikenal dengan nama Kampung Kadujurig.
Kadujurig dulunya masuk ke dalam wilayah Kecamatan Cimanuk. Namun kini masuk dalam wilayah Kecamatan Cipeucang.