Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Habis Gayus Terbitlah Rafael

25 Februari 2023   14:57 Diperbarui: 25 Februari 2023   14:59 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rafael Alun Trisambodo. Foto dari Kompas.com

Kita bukan tak senang ada orang kaya. Kita senang kalau banyak orang kaya dari hasil halal. Tapi kebanyakan kalau mau kaya itu ya jadi pengusaha. Kalau pejabat bisa kaya, patut dicurigai. Maka itu, setiap pejabat mesti lapor kekayaan.

Salah satu entitas yang disorot adalah pajak. Sudah banyak kasus orang pajak bermasalah. 

Yang dulu sempat ramai adalah Gayus Tambunan. Tahun 2010, saat usia Gayus 30 tahun, kekayaannya mencapai Rp28 miliar. Sebagai pegawai III-A gaji Gayus kala itu sebulan Rp12 jutaan. Tapi ia punya rekening gendut.

Kasus Gayus waktu itu heboh. Orang sudah mulai teriak-teriak jangan bayar pajak. 

Gayus banyak bantu pengusaha untuk mendapat keringanan pajak. Mestinya pajak ke negara besar, lewat Gayus bisa diupayakan tidak besar. Potensi pendapatan negara dari sektor pajak pun berkurang.

Oknum tertagih pajak merasa lebih baik bayar Gayus ketimbang mengeluarkan duit besar untuk pajak. Gayus akhirnya jadi mafia. 

Akhirnya lewat putusan pengadilan, Gayus terhukum. Banyak asetnya dibekukan dan disita negara.

Parahnya, waktu dalam status orang tahanan., Gayus malah berkeliaran. 

Ia malah asyik menonton pertandingan tenis di Bali, makan di restoran di Singapura, dan lainnya. Padahal kala itu sudah status tahanan. Entahlah kesaktian macam apa yang dimiliki Gayus.

Selain Gayus masih ada beberapa nama lain sebetulnya. Yang bikin tercengang juga ada pegawai pajak bernama Dhana Widyatmika. Tahun 2012 gajinya sebagai pegawai golongan III-C adalah Rp5 juta per bulan. Namun, rekening Dhana mencengangkan. Ia punya harta Rp60 miliar.

Dhana malah sempat jadi objek tulisan saking mulianya ia mengurus ibu kandungnya yang sakit. Saking mulianya Dhana, ia dijuluki "Lelaki di Beranda Surga". 

Padahal kelak di pengadilan, Dhana ini terbukti korupsi. Terima suap jelasnya. 

Ya sama kayak Gayus. Bantu orang yang punya tagihan pajak besar supaya dibikin kecil. Upahnya Dhana ini yang bikin ia kaya raya.

Tidak hanya pegawai rendahan Pajak saja yang punya harta berlimpah. Atasannya juga setali tiga uang. Dirjen Pajak bernama Hadi Purnomo juga ujungnya masuk penjara.

Majalah Tempo sampai menulis laporan utama kala Hadi Purnomo ini ditetapkan jadi tersangka. Hanya saja, saat KPK menetapkan, Hadi punya posisi lebih mentereng. Ia Ketua BPK.

Uniknya, tepat pada hari ulang tahun ke-67, Hadi ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.

Saat menjabat Direktur Jenderal Pajak tahun 2004, ia disangka menyalahgunakan wewenang dengan menerima keberatan pajak Bank Central Asia (BCA).

Ketua KPK waktu itu Abraham Samad mengatakan, dugaan kerugian negara akibat pajak yang seharusnya dibayarkan ke negara Rp375 miliar.

Kini orang-orang Pajak kembali jadi sorotan. Nama kali ini yang terlibat Rafael Alun Trisambodo. 

Hartanya Rp56 miliar. Nyaris menyamai Menteri Keuangan Sri Mulyani yang ditaksir Rp58 miliar.

Nama Rafael ramai awalnya karena sang anak disangka melakukan kekerasan. Saat berlaku petantang-petenteng itu, sang anak bawa mobil mewah. 

Dari situ ketahuan ini anak siapa. Makin ramai karena anak muda yang dianiaya anak Rafael ini adalah tokoh Gerakan Pemuda Ansor. Cocok deh. Ramai sampai sekarang. 

Rafael sudah mundur dari ASN. Menteri juga langsung minta atasan Rafael copot jabatan dan persilakan polisi lanjutkan pemeriksaan anak Rafael ini.

KPK juga mulai menyidik. Yang terbaru KPK minta semua pejabat Kementerian Keuangan laporkan kekayaan mereka.

Orang Pajak kena kasus mungkin "wajar". Mengapa demikian? Karena berurusan dengan uang. 

Duitnya bukan receh, tapi kakap. Tak kuat-kuat jaga integritas, ya akhirnya tergoda. Kira-kira pertanyaannya demikian, siapa sih yang enggak suka duit.

Itu sebabnya, ada remunerasi di kementerian ini. Kalau gaji mungkin ya besar. Ini sudah dilakukan pemerintah untuk menutup peluang pegawai pajak dan entitas kementerian ini main duit sama pelaku bisnis.

Mengapa kira-kira masih saja ada orang korupsi meski sudah digaji besar? Apakah soal iman? Boleh jadi benar. Tapi iman kalau soal ibadah, saya kira ya semua yang korupsi ini ibadahnya kencang juga.

Apa karena ada niat? Sudah tentu kalau melihat kans yang ada. Atau karena ada kesempatan? Niat dan kesempatan itu setali tiga uang. Lantas, apa persoalan pokoknya?

Jawabannya adalah penegakan hukum yang lemah. Orang tak jera korupsi. 

Koruptor sudah menghitung dengan perinci. Kalau ia korupsi sekian miliar, kalau tertangkap paling dijatuhi hukuman sekian tahun. Di penjara bisa diatur sel yang enak.

Buktinya Gayus leluasa berkeliaran. Banyak kita baca terutama liputan investigasi Tempo, orang tahanan tapi kasusnya kakap leluasa keluar masuk. 

Kalau hukuman tidak memberikan efek jera dan tidak kuat dalam melakukan antisipasi suap atau korupsi ini, ya kejadian akan berulang. 

Rafael ini yang ketahuan saja. Yang lain mungkin masih banyak. Pajak, pajak. Habis Gayus terbit Rafael. [Adian Saputra]

Foto pinjam dari sini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun