Ketiga, buntu duit
Kalau kita bekerja di perusahaan cukup lama tapi tak ada kenaikan gaji signifikan, silakan juga resign. Benar bahwa orang bekerja itu tak melulu soal gaji. Iya benar, saya setuju. Namun, penghasilan adalah salah satu faktor utama kita pindah.
Hitungannya sebetulnya bukan soal gaji an sich. Ada orang bergaji besar tapi hidupnya hanya untuk pekerjaan.Â
Ia tidak menikmati hidupnya karena diselubungi urusan kantor. Meski gaji besar, bagi saya orang itu tetap buntu. Mengapa demikian?
Sebab, ia menghabiskan slot waktu hanya untuk satu ranah kehidupan. Sementara itu, ia punya ranah lain yang mesti dihadiri sebagai kelengkapan seorang manusia. Misalnya di keluarga, pertemanan, pertetanggaan, dan sebagainya.
Saya ketika pindah juga hitungannya tak naik gaji. Malah turun. Di kantor lama agak sedikit lebih banyak. Sedangkan di kantor baru namanya rintisan ya kecil saja.Â
Tapi jika dibandingkan dengan kepuasan batin, ya enak di kantor baru. Meski gaji lebih kecil, perasaan buntunya tidak sesakit di tempat lama.
Kadang jadi pikiran juga sudah lama kerja tapi hidup begitu saja. Ini kadang saya alami. Sering bahkan.Â
Misalnya mengisi pelatihan jurnalistik. Karena tahu saya bekerja di media massa ternama, pikiran mereka pasti saya bawa mobil. Sebab, nama besar perusahaan rasanya masuk akal jika si karyawan sudah punya mobil.
Kadang suka ditanya waktu itu, parkir mobilnya di mana. Saya menjawab dengan tertawa terbahak-bahak saja. Saya jawab, mobilnya masih di diler belum diambil.Â
Mereka juga ikutan tertawa. Mulut tertawa, batin menangis. Asyik.