Reporter itu tidak melulu bekerja di televisi. Setiap pekerja media yang kerjanya ketemu narasumber dan meliput, namanya wartawan atau reporter.
Buruh media massa ada juga yang tidak bekerja di lapangan. Ia bertugas menyunting dan mengunggah tulisan atau laporan reporter. Orang itu disebut editor.Â
Dulu kalau koran namanya redaktur. Editor ini tugasnya menerima laporan reporter kemudian memolesnya.Â
Hasil polesan kemudian diunggah menjadi berita. Editor juga buruh atau pekerja media massa.Â
Editor juga wartawan secara profesi. Tapi, ia tak lagi banyak meliput ke lapangan karena fungsi utamanya adalah menjadi penyunting.
Dalam konteks koran, masih lebih banyak varian pekerja media massa ini. Ada yang bekerja di divisi cetak, di divisi iklan, divisi promosi, dan lain-lain. Namun, karena media massa itu identik dengan karya jurnalistik, kebanyakan tahunya hanya wartawan atau editor saja.
Kedua, gajinya "kecil"
Gaji besar itu relatif, gaji kecil itu sudah pasti. Hahaha. Itu anekdot. Sama kayak kawan bilang, ganteng itu relatif, tapi jelek itu mutlak. Asem bener kawan ini, hehehe.
Untuk media massa mapan, dalam arti sudah lama berkecimpung, gaji pekerjanya setara UMK. Namun, ada juga media massa yang bagus secara pemasukan, mampu menggaji di atas itu. Saya termasuk yang rajin mencari kabar gaji media tetangga kala itu.
Rata-rata memang baru sanggup menggaji sesuai UMK masing-masing. Paling ada beda karena lama bekerja dan jabatan. Misalnya sudah jadi editor, redaktur/editor pelaksana, pemimpin redaksi, dan jabatan lain. Namun, secara rerata sama saja.
Akan tetapi, ada media yang bagus penggajiannya. Waktu saya relatif sudah lama bekerja dan punya jabatan meski tidak mentereng amat, gajinya kalah sama reporter media sebelah.Â