Sama kayak buku. Benar jangan lihat buku dari kulit mukanya.Â
Tapi, kalau sampul depannya bagus kan malah oke. Jadi, ada keserasian antara judul dan isi.Â
Judul memikat, kontennya apik. Klop.
Kenapa saya menganjurkan menulis judul di awal? Kalau kita menulis belum ada judul dengan alasan nanti saja di akhir, khawatir napas opininya tidak ketemu.Â
Namun, jika sedari awal sudah ditulis judulnya, itu akan membantu kita untuk menarasikan gagasan sampai khatimah. Musababnya, judul sebagai napas utama opininya sudah kita tulis.Â
Mau tak mau, semua senarai yang kita bentuk akan berkesesuaian dengan judul.
Nanti, kalau opini sudah selesai dan kita merasa judul tidak begitu kuat, silakan diganti. Saya berkeyakinan, kala mengutak-atik judul saat tulisan sudah rampung, lebih kepada mencari magnet tulisan supaya dilirik orang.Â
Tapi, roh utama opininya sudah ada. Ini tinggal ikhtiar memoles saja supaya judulnya makin membuat orang penasaran.
Supaya semangat, begitu judul sudah dapat, dan kita hendak menulis sampai selesai, bikinlah status di media sosial. Buka WhatsApp kemudian bikinlah status untuk menadi penyemangat.
"Bismillah, dua jam ke depan saya hendak menuliskan opini tentang 9 kiat menulis opini. Doakan ya teman-teman semoga tulisan ini selesai dan bermanfaat."
Itu cara menggunakan media sosial yang cerdas. Dipakai untuk meningkatkan kualitas kehidupan kita dan mendukung aktivitas kita dalam berbuat baik.