Ada yang berbeda suasana hari ini di markas komando Jenderal Rudolfo Graziani. Ammar sudah dengar kabar itu sejak pekan lalu.Â
Namun, persisnya seperti apa, ia belum paham benar. Yang jelas, sudah setahun belakangan ini ia menyiapkan semua keperluan dapur kecil khusus milik Graziani. Jenderal Italia itu tidak mau ada kebutuhan kecilnya yang tidak ada di dapur.
Namun, markas ini kelak akan kedatangan bos baru. Graziani bergeser ke tempat lain. Ammar belum mendapat tugas khusus sampai pagi ini.
Namun, ia akhirnya paham apa yang terjadi di Tripoli ini. Titik di mana seluruh personel Italia di Libya akan memulai segala sesuatu yang baru. Mungkin di bawah pimpinan yang baru pula, pikir Ammar.
Siang itu semua menjadi jelas. Divisi Bermotor Ringan V Jerman lengkap datang dengan puluhan ribu serdadu Wehrmacht atau Angkatan Daratnya. Graziani menyalami seorang jenderal dengan muka yang cerah dan selalu mengembangkan senyum.Â
Jas khas perwira Jermannya berkibar-kibar. Postur orang Eropa itu tidak begitu menjulang tapi tetap tampak gagah.
Ammar baru paham orang itulah yang akan ia layani saban hari keperluan di dapurnya itu. Ia dengar jenderal Jerman itu bernama Generalleutnant (Letnan Jenderal) Erwin Rommel. Korps pasukannya dikenal dengan Deutsche Afrika Korps.
Tanggal 12 Februari 1941 menjadi hari pertama Rommel memimpin pasukan besarnya di tanah gurun Afrika. Nanti di bulan Mei barulah Divisi Berlapis Baja XV datang melengkapi pasukan yang sudah datang duluan.
Esok subuhnya Ammar sudah bersiap. Sebelum azan subuh ia sudah menjerang air panas, membuat kopi pahit kental, membuat roti lapis dua tumpuk, dan kentang rebus, serta dua telur yang dipanggang.
Usai subuh, semua keperluan Rommel sudah ia siapkan. Meja makan Rommel sudah siap untuk diduduki sang jenderal Jerman itu.
Saat hendak mengambil lap handuk di dapur, Ammar bersobok dengan Rommel.Â