"Ada apa, Letnan?" Rommel tanya.
"Siap, Jenderal. Ammar izin hendak ikut satu kali jenderal menaiki Storch untuk pantau pasukan kita."
Rommel melihat Ammar yang sudah siap. Ammar menunduk saja.Â
Ia tak yakin. Tapi ia lega kala bahunya dirangkul Rommel dan menaiki Storch. Ini pesawat Rommel untuk memantau pasukan.
"Apakah Tuan Jenderal Guderian juga menggunakan pesawat jenis ini jika memantau pasukannya, Jenderal Rommel." Ammar berani bertanya usai Storch mengapung di angkasa.
"Tidak, Ammar. Tuan Jenderal Guderian lebih suka menggunakan kendaraan pansernya. Aku suka Storch karena bisa lebih cepat mengetahui kedudukan pasukanku."
Olbrich memberikan teropong kepada Ammar. Ammar melonjak.
"Itu Mecchili, Jenderal. Tempat orangtua saya dulu bekerja di sana. Mechili juga hendak dibebaskan pasukan kita, Jenderal Rommel?"
Rommel tak menjawab. Ia hanya senyum sembari terus memperhatikan gerakan ribuan tank dan pasukan besarnya di gurun Afrika.
Rommel punya intuisi layaknya rubah gurun. Kalangan Inggris menjulukinya The Desert Fox. Kota-kota yang semua berada di penguasaan Inggris, dibebaskan Rommel.
Ammar melihat dengan matanya sendiri betapa pasukan Jerman dan divisi berlapis baja Rommel ini gesit dan cepat dalam bergerak serta piawai mengatur titik yang hendak dilumpuhkan.Â