Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Bagaimana Media Massa Merawat Marwah Bahasa Kita?

27 Desember 2022   08:37 Diperbarui: 22 Januari 2023   12:56 1636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media massa mestinya merawat itu dengan tetap mengembalikan kata sesuai dengan fungsinya. Toh ada Kantor Bahasa di tiap provinsi sebagai mitra untuk menjaga dan merawat muruah bahasa kita, jangan sampai muruah jadi murah lantaran gampang banget ikut yang salah.

Produk jurnalistik media massa akan menjadi pembelajaran untuk kita tertib berbahasa. Di media sosial kita punya tokoh yang meski basisnya bukan sarjana bahasa tapi tekun menyampaikan soal itu. Namanya Ivan Lanin. Akun Instagramnya sarat dengan kebahasaan. 

Uda Ivan, dipanggil begitu karena dia orang Minang, piawai dalam mengedukasi milenial soal bahasa. Kadang contohnya menggelitik karena lekat dengan dunia anak muda zaman sekarang.

Media massa arus utama daring sekarang pegang peranan penting. Sebab, dari konten media jenis inilah publik bisa mengetahui kata-kata baru yang baku dan bisa digunakan dalam ragam percakapan keseharian. Media massa mesti mengejawantahkan program untuk menata kembali ketertiban berbahasa kita dengan produk jurnalistik mereka. 

Maka itu, semua orang yang berkelindan kerjaan dengan ranah ini mesti punya kemampuan berbahasa yang lumayan. 

Tak mesti ia lulusan bahasa Indonesia. Siapa pun bisa. Apalagi pekerjaan harian kita memang urusannya soal bahasa. Orang media fardu ain untuk mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dalam produk jurnalistiknya.

Oh iya, bagusnya juga, media massa punya kesadaran itu di luar teknis keredaksian. Kalau di kantor ada dapur, ya kasih saja papan kecil tulisannya "dapur", jangan tulis dengan pantry.

Kalau di kantor redaksi ada perpustakaan, ya pakai saja papan kecil di depan pintu bertuliskan perpustakaan jangan pula library. 

Jika ada bagian yang urusannya soal karyawan dan hal ihwal mengenai itu, tulis saja di depan pintunya "pengembangan sumber daya manusia" jangan HRD (human resources development). Miris juga kalau di konten jurnalistiknya oke punya, di luar keredaksian masih nginggris.

Apalagi kalau punya acara nonredaksi. Misalnya ada peluncuran kanal baru, ya simpel saja tulis atau sebut peluncuran, jangan latah pakai launching. 

Kalau mengadakan semacam festival atau pesta yang ramai dan mengundang orang luar, ya bisa pakai festival, pesta kebun, pekan raya jajanan pasar, atau yang sejenisnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun