Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

5 Kebaikan Menulis dengan Ponsel "Keyboard Qwerty"

26 Mei 2018   08:29 Diperbarui: 26 Mei 2018   21:35 2025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buat kita yang ingin melatih kecepatan menulis, ada baiknya menggunakan ponsel qwerty. Mudah-mudahan Anda merasakan kenikmatan kecepatan seperti yang saya rasakan.

Ketiga, sensasi

Meski sudah berupa ponsel, papan ketik qwerty tetap menimbulkan bunyi yang khas. Tentu tidak segarang suara mesin tik. Tapi, sensasi mendengarkan suara ketika tuts ditekan, buat saya, bikin suasana mengetik menjadi enak. Ponselnya ada bunyinya, enggak "diem-diem bae".

Beberapa penulis terkenal kabarnya juga sangat menyukai suara tuts ditekan sehingga menimbulkan efek yang membuat pikiran mereka segar.

Ini mirip dengan saya yang saat mengetik dengan tuts di keyboard yang suara tekanannya kuat. Sampai sering teman bilang, "Awas keyboard rusak".

Keempat, klasik

Sesuatu yang klasik itu asyik. Menulis dengan ponsel berpapan ketik ini anggap saja menikmati "masa lampau". Buat yang pernah menggunakan, hitung-hitung reuni dengan gawai yang dahulu pernah ada. Bagi kids zaman now, anggap saja mencoba sesuatu yang baru dan klasik. Yang klasik itu pada banyak pengalaman malah lebih mahal lho.

Bagi yang pernah lama mengetik di BlackBerry, bisa melanjutkan lagi kesukaan lamanya menulis dengan qwerty. Bagi yang baru, coba dibandingkan. Asyik mana mengetik dan menulis di layar sentuh atau di papan ketik asli.

Kelima, menjaga kultur menulis

Sejak akrab lagi dengan papan ketik qwerty, terlepas dari Kompasiana menggeber SamberTHR, kultur menulis saya memang kembali naik. Bekerja sehari-hari untuk mengedit tulisan teman-teman reporter untuk portal berita yang kami kelola, jejamo.com, juga menggunakan ponsel berpapan ketik ini.

Dan hebatnya, nyaris ada saja hal yang mau ditulis kalau sudah berdekat-dekatan dengan gawai ini. Jari ini rasanya kepingin terus nulis. Ada saja ide yang melintas di pikiran. Ketimbang terbuang sayang, ambil ponsel lalu mulai menulis.

Coba deh, balik lagi ke papan ketik ini. Rasakan sensasinya. Dengarkan bunyi halus. Nikmati juga perguliran ide di kepala saat kita menyentuh satu demi satu hurufnya, merangkainya dalam kata, menarasikannya dalam kalimat, dan mengkoherensikannya antarparagraf.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun