Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Pemukul Kasti Kelas 6 C

13 Agustus 2016   06:29 Diperbarui: 13 Agustus 2016   07:24 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 Anak-anak tidak ada yang menjawab. Beberapa di antara mereka cuma bisa menggeleng.

"Kemarin saya taruh di bawah meja. Tapi kok hari ini tidak ada. Tadi juga sudah saya tanya yang kebagian piket pagi. Namun yang piket juga tidak tahu," kata Nurhadi menjelaskan, meski teman-temannya belum ada yang bersuara.

"Kamu lupa kali, Nur," kata Nurian, siswa laki-laki yang cerewet alias bawel.

"Mungkin..." kata Nurhadi sambil menghela napas. Mungkin batinnya merasa bersalah telah teledor menyimpan pemukul kasti satu-satunya milik kelas ini. Mau curiga juga tidak mungkin karena selama ini sekolah mereka aman-aman saja. Setiap kelas juga punya pemukul kasti. Bisa saja sih melapor ke guru mata pelajaran olahraga. Cuma, pemukul kasti itu sudah menjadi kebanggaan kelas. Maklum saja yang memberikannya ialah Bapak Misdi Hartono, wali kelas mereka sejak kelas III. Kini Bapak Misdi pindah ke sekolah lain sebagai kepala sekolah. Sebelum berpamitan, dia memberikan pemukul kasti kepada siswa yang diajarnya sejak kelas I. Sudah pasti hadiah itu sangat dikenang oleh anak-anak.

"Ya sudah, enggak apa-apalah, Nur. Besok kita beli pemukul yang baru. Atau kita minta orang untuk membuatnya.

"Kayaknya jarang ada toko yang menjual pemukul kasti. Lagian sekarang kan yang banyak dicari dan dipelajari di sekolah sofbol ama bisbol," kali ini Yerni yang bicara.

Pemukul kasti memang sudah jarang ada. Perkembangan olahraga kini membuat kasti jarang dimainkan. Yang jadi tren yakni sofbol dan bisbol. Akan tetapi, karena SDN 2 Rawalaut memang terkenal dengan olahraga kastinya, sampai sekarang masih dibudayakan.

"Kita usaha aja carinya. Kita minta buatin tukang kayu di tempat orang bikin kursi, meja, dan lemari," ini suara Amir Hasan, siswa bertubuh paling kurus di kelas.

"Ya sudah besok tolong temani saya mencari tempat membuat pemukul kasti," ujar Nurhadi.

"Uangnya biar pakai uang kas saja, Nur," kata Yerni yang menjabat bendahara kelas. Meski anak-anak ini relatif sederhana dan orang tuanya pun biasa-biasa saja, setiap hari Senin mereka selalu menyisihkan uang jajan untuk iuran uang kas kelas.
 *
NURHADI, Andri, Nurian, dan Yerni berjalan menyusuri Jalan Jenderal Sudirman, dekat sekolah mereka. Anak-anak itu menuju suatu tempat di mana Nurian pernah melihat ada tempat untuk membuat barang-barang dari kayu. Mereka menduga tukang yang bekerja di tempat itu mampu membuat pemukul kasti mereka.

Setelah lama celingak-celinguk, tak juga mereka mereka dapatkan tempat yang dibilang Nurian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun