Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bank Syariah di Kompleks “Mewah”, Urusan Keuangan Jadi Mudah

8 Mei 2016   10:02 Diperbarui: 8 Mei 2016   10:08 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perusahaan boleh jadi berargumentasi bahwa mereka membutuhkan tenaga profesional yang ternyata di wilayah itu tak satu pun diambil dari orang lokal. Mungkin ada, namun sebatas pekerja yang secara kemampuan manajerial lemah.

Yang kita inginkan adalah pekerja andalan di unit bank syariah yang akan berdiri itu tenaga lokal yang profesional. Tentu akan banyak pelamar yang memasukkan berkasnya. Dari situ bisa dipilah dan diberikan “previlese” untuk pekerja lokal. Tentu, syarat-syarat dasarnya terpenuhi terlebih dahulu. Barulah pertimbangan karena orang lokal menjadi acuan berikutnya.

Mempekerjakan orang lokal di sebuah unit usaha sebuah korporasi yang terpusat di Jakarta itu penting. Pasalnya, mereka itulah yang akan menjadi tulang punggung bank syariah yang akan berdiri. Dampak psikologisnya adalah warga setempat akan merasa memiliki karena orang yang bekerja di sana adalah orang-orang yang mukim di sana.

Ini juga memberikan dampak “aman” kepada bank syariah bahwa usaha mereka tidak bakal diganggu oleh keruwetan-keruwetan nonteknis. Ada banyak kejadian di mana penduduk lokal sering melakukan demonstrasi lantaran swalayan, pabrik, atau jenis usaha lain tidak mempekerjakan orang lokal.

Dalam konteks bank syariah, ini menjadi penting. Dalam konteks membumikan rasa cinta kepada bank syariah, ini juga urgen. Proses edukasi bahwa bank syariah adalah pilihan ketimbang bank konvensional akan lebih terasa jika para pemasarnya adalah mereka yang juga bermukim di sana. Apalagi kalau para pekerja yang direkrut adalah mereka yang punya rekam jejak yang baik di lingkungan.

Edukasi soal kecintaan terhadap bank syariah ini, menurut hemat penulis, sama saja dengan mendakwahkan nilai-nilai Islam ini sendiri. Pasalnya, item yang dikerjakan bank syariah, semuanya melulu soal sistem Islam. Maka, kita perlu pendakwah yang mumpuni. Dan akan lebih baik jika pendakwah-pendakwah bank syariah ini adalah profesional lokal yang dekat dengan lingkungannya.

Keempat, jika tak bank syariah, unit BMT pun jadilah

Mungkin saja, berdasar penilaian dan survei, di sebuah wilayah belum urgen dibutuhkan bank syariah. Potensi pangsa pasarnya ada, tetapi nilainya belum begitu menguntungkan sebagai sebuah “bisnis” dengan label syariah.

Meskipun demikian, menurut hemat penulis, unit bank syariah tetap harus ada. Taruhlah semacam baitulmal wattamwil (BMT) yang induknya merujuk kepada bank syariah tertentu. Ini pilihan yang sangat memungkinkan dijalankan.

Di Lampung saja, di banyak pasar rakyat, ada BMT yang berdiri. Mereka selama ini menjalankan bisnis secara islami dengan banyak pedagang pasar. Kisaran modal yang bergulir memang tidak besar. Hanya di kisaran belasan juta rupiah. Namun, dari sisi kemanfaatan, terasa sekali.

Di kampung saya, pengurus masjid mengirim dua anak muda untuk belajar soal BMT dan bank syariah. Mereka “disekolahkan” selama empat minggu untuk mendalami soal ini. Alhamdulillah, kini BMT berjalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun