Semua kemampuan akan dimaksimalkan demi perusahaan. Demi konten berita yang menarik. Demi jumlah pembaca yang bejibun. Demi pageviews yang terus melejit. Dan sebagainya.
Karyawan akan merasa hidup matinya ada di sini. Ngebul tidaknya dapur rumah tangga mereka juga ditentukan di sini. Nasib anak istri, kesehatan, dan pendidikan, juga ada di sini. Totalitas akan diberikan. Mungkin pada saat awal, nominal saham masih kecil. Seiring waktu, nilai saham akan semakin besar dan jika ada dividen, tentu lambat laun juga ikutan terkerek.
Kedua, perusahaan “mengunci” karyawan sebagai aset. Bagi perusahaan, diberikan saham kepada karyawan juga bukan sesuatu yang merugikan. Ini mesti dilihat sebagai bentuk kerja sama dua pihak. Bukan masanya lagi melihat karyawan sebagai pekerja an sich. Karyawan mesti dilihat dan diperlakukan sebagai aset. Mereka adalah kekayaan tak terkira. Butuh waktu lagi melatih karyawan baru yang menggantikan pegawai lama. Ketimbang habis waktu melatih karyawan baru, yang lama dijaga, dirawat, dimanusiakan, dijadikan aset.
Posisi kantor pun akan kuat jika sebagian saham ada pada karyawan. Psikologisnya, karyawan akan makin giat dalam bekerja. Mereka akan memaksimalkan semua kemampuan demi kemajuan perusahaan. Barangkali, dan ini pengalaman pribadi, karyawan tak melulu terbelenggu dengan jadwal kerja reguler. Mungkin mereka akan menambah jam kerja satu hingga dua jam dalam sehari demi menaikkan performa kantornya.
Ketiga, lebih banyak ide untuk kemajuan perusahaan. Dengan memberikan saham, ide dan gagasan bermutu demi kebaikan perusahaan insya Allah makin banyak. Setiap person yang ada saham di perusahaan akan memberikan gagasan terbaik agar kantor mereka eksis hingga hari akhir nanti. Ini tentu kurang bisa maksimal diberdayakan di banyak kantor yang pekerjanya sebatas aktivitas reguler.
Ide itu penting. Gagasan itu mahal. Sebab dari situlah akan muncul kreasi dan inovasi. Ide di kepala pimpinan atau pemilik tentu terbatas. Ada kalanya buntu. Ada kalanya kosong. Zonk. Maka, pekerjanya bisa memberikan masukan yang brilian demi kemajuan perusahaan.
Tiga poin itulah yang saya pribadi rasakan selama bekerja di rumah baru ini. Tentu kesibukan meningkat. Namun, ini adalah wujud tanggung jawab atas amanat yang diberikan. Termasuk bentuk responsibilitas saya terhadap saham yang diberikan. Hubungan timbal balik yang harmonis semacam ini akan menjadikan perusahaan sehat, insya Allah. Paling tidak, sesuai banget dengan namanya, jejamo, bareng-bareng, berjamaah. Selamat memasuki tahun 2016. Semoga semua pekerja media bisa mendapat saham di tempatnya bekerja. Ya, saham manis buat jurnalis. Wallahualam bissawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H