Mohon tunggu...
Adi Putra
Adi Putra Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STT Pelita Dunia

Bonum est Faciendum et Prosequendum et Malum Vitandum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Natal Adalah Pengharapan

6 Desember 2021   20:26 Diperbarui: 6 Desember 2021   20:53 1324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber image: catatanseorangofs.wordpress.com

Kondisi sekarang adalah kondisi yang begitu mengkuatirkan. Sudah lebih dari dua tahun seluruh dunia dilanda pandemi covid-19. Ada begitu banyak orang yang terinfeksi bahkan meninggal karena virus ini. Tak terkecuali kita, mungkin saja ada sanak keluarga, rekan kerja, tetangga kita yang juga akhirnya meninggal karena virus ini. 

Seolah-olah pandemi covid-19 ini tidak berujung, karena sekalipun sekarang sepertinya kondisi sudah semakin membaik dan terkendali, akan tetapi muncul lagi varian covid-19 yang lebih mematikan. Varian itu disebut varian omicron atau varian Afrika. Tentunya berita ini akan menjadi berita yang  menggelisahkan dan mengkuatirkan kita.

Di tengah-tengah kondisi seperti ini, kita sebagai murid Kristus kemudian memperoleh sebuah pengharapan baru. Oleh karena seluruh gereja di seluruh dunia sedang dalam masa penantian (advent) merayakan kelahiran Yesus Kristus, sang Juruselamat kita. 

Bahkan dengan iman, kita senantiasa menantikan kedatangan-Nya yang kedua di masa depan untuk menjemput kita yang selalu setia kepada-Nya. 

Sehingga Natal atau kelahiran Yesus dapat dianalogikan seperti oasis di tengah padang gurun, di mana kita yang sangat kehausan akan bersukacita dan bergairah ketika melihatnya.

Hal yang serupa pun dialami dan dirasakan oleh para gembala seperti yang kita baca dalam perikop ini. Mereka sangat bersukacita dan bergembira ketika berjumpa dengan bayi Yesus di palungan. Bahkan mereka mengekspresikan sukacita mereka dengan memuji dan memuliakan Tuhan, karena telah mendengar berita natal dan melihat langsung bayi Yesus.

Para gembala yang ada di dalam perikop ini kemungkinan besar adalah gembala upahan. Bagi masyarakat Yahudi waktu itu, menjadi gembala upahan (orang yang menggembalakan ternak hewan milik orang lain) sebenarnya adalah salah satu pekerjaan terendah. 

Artinya mereka tergolong ke dalam kelompok yang kurang terpandang, kurang diperhatikan dan bahkan selalu dipandang rendah dan hina. Sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa mereka juga seringkali menerima perlakuan diskriminasi dari masyarakat yang lain.

Di tengah-tengah keadaan yang demikian, para gembala mendapat sebuah berita besar, kabar sukacita, kabar gembira, bahkan mereka memperoleh pengharapan yang besar melalui berita Natal bahkan menyaksikan langsung kelahiran Yesus Kristus, sang juruselamat kita.

Lalu mengapa Natal disebut sebuah pengharapan? Berdasarkan perikop Lukas 2:8-20 ada tiga hal yang menjadi alasan mengapa Natal disebut sebuah pengharapan.

  • Karena Natal adalah momen Tuhan menyatakan kasih kepada semua manusia, tanpa memandang status sosial, harta, dan latar belakang seseorang

Apa yang dikemukakan dalam Lukas 2:8-20 adalah sebuah kisah yang mencengangkan. Mengapa? Karena Allah justru menyatakan berita kelahiran Yesus kepada para gembala, kasta yang rendah dalam strata sosial masyarakat Yahudi pada waktu itu. 

Tidak hanya itu, yang mencengangkan bagi kita adalah mengapa Yesus harus lahir di kandang bukan di istana atau di penginapan yang mewah. 

Padahal Allah tentunya memiliki otoritas dan kuasa untuk mendesain peristiwa natal atau kelahiran Yesus dengan sebuah kemewahan dan kemegahan, namun Allah tidak mau melakukannya. Bahkan Allah justru melakukan hal yang sebaliknya.

Dari sini kita belajar bahwa natal merupakan momen Allah menyatakan kasih-Nya untuk semua orang. Kasih Allah tidak dapat dibatasi oleh apa pun, termasuk kedudukan, status sosial, bahkan harta sekalipun. Kasih Allah dapat menjangkau siapa pun, termasuk para gembala (upahan) yang dianggap kasta paling rendah pada masa itu.

Dalam konteks ini para gembala menerima hak istimewa dari Allah. Bahkan Para gembala upahan ini tidak hanya mendapatkan hak istimewa untuk menjadi saksi kelahiran Tuhan Yesus, tetapi juga mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan teladan yang indah: pertama, antusiasme mereka dalam memberikan respons terhadap berita para malaikat (ay. 16). Kedua, mereka menjadi saksi-saksi yang efektif akan kelahiran Kristus (ay. 17). Ketiga, mereka memuji serta memuliakan Allah atas semuanya (ay. 20).

Harusnya ini menjadi pelajaran penting bagi kita bahwa keterbatasan, keterpurukan, bahkan pandemi covid-19 seharusnya tidak menjadi penghalang bagi kita untuk mendapatkan sukacita natal; tidak menjadi penghalang bagi kita untuk berbagi kasih natal kepada sesama; dan tidak menjadi penghalang bagi kita untuk merasakan kedamaian natal.

Sekalipun mungkin karena pandemi covid-19, kita kehilangan banyak sahabat, banyak teman, banyak keluarga; tetapi melalui momen natal ini kita belajar bahwa kita tidak sendiri, karena Yesus Kristus telah lahir dan itu artinya Allah adalah imanuel, Dia selalu menyertai dan bersama kita.

 

  • Karena Natal merupakan momen untuk menghilangkan ketakutan dan kekuatiran (ay. 10)

Saya sangat yakin pandemi covid-19 ini membuat banyak orang Kristen mengalami ketakutan dan kegelisahan. Sebab tidak hanya mengakibatkan banyak rekan, sahabat dan keluarga kita yang meninggal, namun juga membuat perekonomian kita terganggu. 

Mungkin saja kita akhirnya di-PHK, kita tidak bisa belajar dengan maksimal, banyak pekerjaan atau proyek kita yang akhirnya dibatalkan, sehingga sangat berdampak kepada perekonomian kita.

Dalam ayat 10, malaikat Tuhan itu menyampaikan kepada para gembala, "jangan takut!". Ungkapan yang digunakan untuk kata "takut" di sini adalah kata phobos, yang dapat dipahami dalam dua makna, yakni: (1) berada dalam keadaan kuatir; dan (2) mempunyai sikap yang amat hormat kepada seseorang orang atau sesuatu. 

Apabila memperhatikan dalam konteks ini, maka dapat dilihat dalam ayat 9 bahwa ketakutan para gembala di sini bisa berasal dari penampakan dari malaikat. 

Sehingga dapat dikatakan bahwa ketakutan yang dimaksud adalah ketakutan karena telah melihat kemuliaan Allah (merujuk kepada yang kedua). 

Seringkali manusia menjadi takut ketika melihat kemuliaan Allah, karena mereka menyadari diri mereka yang tidak suci; sehingga ketika melihat kemuliaan Allah dalam kondisi demikian, maka dapat membawa kebinasaan bagi mereka.

Para gembala bisa saja merasakan hal yang sama. Mereka menyadari bahwa dalam masyarakat saja mereka selalu dipandang paling rendah, paling hina, paling tidak suci (karena sering lalai menjalan hukum taurat); sehingga ketika melihat kemuliaan Tuhan maka terbersit dalam benak mereka pasti mereka akan binasa dan mati. 

Inilah yang menjadi dasar dan acuan bagi mereka untuk merasakan ketakutan. Namun kemudian malaikat itu berkata, jangan takut! Karena malaikat itu akan menyampaikan berita keselamatan bagi mereka. Artinya, natal atau berita natal akan menghilangkan ketakutan yang diakibatkan dosa.

Akan tetapi bukankah dalam kehidupan kita ada begitu banyak jenis ketakutan. Misalnya: takut gagal, takut kebutuhan kita tidak terpenuhi, takut kehilangan orang yang dikasihi, bahkan untuk konteks sekarang kita juga dirundung ketakutan karena covid-19. Maka melalui natal, harusnya ketakutan yang demikian juga dapat dihilangkan. 

Mengapa? Oleh karena kuasa Yesus tidak hanya sanggup mengatasi segala dosa dan kelemahan kita, namun juga termasuk juga covid-19. Dengan demikian, bersama Yesus kita akan menang terhadap berbagai sakit-penyakit, termasuk covid-19.

 

  • Karena telah lahir sang Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud (ay. 11)

Hal ketiga yang membuat kita dapat mengatakan bahwa Nasal adalah pengharapan karena melalui perayaan natal, kita memperingati kelahiran sang Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan di kota Daud. Ungkapan Yunani "Kristus Tuhan" sedikit janggal; mungkin di sini terpengaruh oleh bahasa Aram. 

Akan tetapi maksud ungkapan ini hendak menegaskan tentang Anak yang dilahirkan Maria itu memang Mesias yang dinantikan, tetapi juga "Tuhan". Ini sebuah sebutan yang dalam Perjanjian Lama hanya dipakai sehubungan dengan Allah sendiri.

Bukankah berita ini adalah berita sukacita, kabar gembira, di tengah-tengah pergumulan umat manusia akan dosa. Satu-satunya cara untuk membebaskan dan menyelamatkan manusia dari dosa adalah melalui Yesus Kristus. 

Sehingga dengan kelahiran Yesus (natal) maka keselamatan yang sejak zaman PL telah dijanjikan Tuhan akan menjadi semakin nyata. Itulah sebabnya, natal adalah pengharapan. Karena melaluinya kita memperoleh pengharapan untuk terbebas dan merdeka dari kuasa dosa dan memperoleh hidup yang kekal.

Kiranya berita lahirnya sang juruselamat ini, dapat memberikan kekuatan dan penghiburan serta pengharapan di tengah-tengah situasi pandemi covid-19.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun