Mohon tunggu...
Adi Ankafia
Adi Ankafia Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Freelancer

Euphemia Puspa Tanaya Jasmine

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Aruna Dan Lidahnya, Duo Jingga, dan Potensi Perlindungan Indikasi Geografis Lorjuk Pamekasan

13 Oktober 2018   11:07 Diperbarui: 1 November 2018   23:53 1117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" tidak ada affair yang 100 persen rahasia."___Nadezhda

Alur Cerita Dan Penokohan

Film Aruna Dan Lidahnya yang dimasak oleh kolaborasi sutradara Edwin dan penulis naskah Titien Wattimena ini dihidangkan dalam porsi yang tepat. Tidak 100 persen menghadirkan rasa sempurna, namun cukup memenuhi --setidaknya- ekspektasi saya. Film bertema kuliner ini menggunakan pendekatan semi dokumenter, diperkaya konflik dan dialog yang dekat dengan realita keseharian, (terkesan) remeh temeh namun sekaligus memiliki kedalaman makna yang dapat memperkaya pengalaman hidup, khususnya bagi kaum urban perkotaan.

Film ini berpusat pada tokoh bernama Aruna Padmarani Rai (Diperankan oleh Dian Sastrowardoyo), perempuan lajang berusia 35 tahun yang berprofesi sebagai Ahli Wabah (Epidemologist). Aruna mempunyai sahabat bernama Johannes Bonafide Natalegawa a.k.a. Bono (diperankan oleh Nicholas Saputra), chef terkenal yang memiliki restoran elite di ibu kota, dan Nadezhda Azhari (diperankan oleh Hannah Al Rashid), kolumnis dan/atau kritikus kuliner pada majalah kenamaan nasional maupun internasional. 

Mereka bertiga menggandrungi makanan tidak sebatas pada kegunaannya sebagai penawar rasa lapar, akan tetapi makanan sebagai karya seni agung bersama filosofi-filosofi terkandung, pengaruh terhadap psikologi penikmatnya (dan pembuatnya), politik yang mewarnai, sejarah, asal-usul, komposisi yang menyusun (Ingredients), cara pembuatan, hingga keunikan, disamping cita rasa.

Aruna bekerja pada sebuah konsultan Non-Government Organization bernama One World. Makanan favoritnya adalah nasi goreng. Khususnya, nasi goreng bikinan Mbok Sawal, pengasuh sekaligus juru masak di rumah pada masa kanak-kanaknya. Kegilaan dan kecanduannya pada nasi goreng Mbok Sawal melahirkan semacam obsesi untuk menemukan kembali (resep) nasi goreng dengan cita rasa yang persis sejak Mbok Sawal sudah tidak tinggal lagi bersama keluarga Aruna. Pun, Aruna selalu merasa gagal saat mencoba memasak dengan tangannya sendiri. Bahkan, buatan Bono masih dianggap belum bisa menyamai level Mbok Sawal. Aruna selalu merasa ada yang kurang dan/atau terkadang merasa ada yang tidak beres dengan lidahnya, dalam arti sebagai indera pengecap atau perasa.

Suatu ketika ditengah merebaknya isu flu unggas yang konon mulai menjangkiti manusia, Aruna diminta oleh atasannya, Burhan (diperankan oleh Deddy Mahendra Desta) untuk melakukan investigasi ke beberapa kota yang terindikasi wabah flu unggas. Proyek investigasi ini diprakarsai oleh perempuan tangguh bernama Priya (diperankan oleh Ayu Azhari) selaku pimpinan pada Direktorat Penanggulangan Wabah dan Pemulihan Prasarana (PWP2) Kementerian Kemakmuran Dan Kebugaran Rakyat (Kemenmabura).

Saat melihat data-data yang diserahkan, Aruna merasa janggal dan curiga. Sekalipun Aruna sudah mengutarakan argumen-argumennya terkait kejanggalan data-data yang disajikan, namun, sebagai staff dia wajib menjalankan perintah atasannya. Ketika menceritakan tentang rencana investigasi dan kecurigaan-kecurigaannya tersebut, Bono malah menawarkan diri untuk ikut serta sebagai bentuk kompromi rencana traveling sambil kuliner bareng yang selalu tertunda karena kesibukan masing-masing. 

Strateginya, mereka akan melakukan eksplorasi kuliner-kuliner khas kota dan/atau daerah tujuan investigasi, yaitu Surabaya, Pamekasan, Pontianak, dan Singkawang, setelah Aruna selesai melakukan setiap tugasnya. Tujuan Bono jelas demi mencari sejumput inspirasi menciptakan sentuhan kuliner nusantara dalam upaya pengembangan menu-menu makanan di restorannya yang bertaraf internasional. 

Tapi, siapa sangka ketika berada di kota pertama, Surabaya, muncul sosok yang pernah dekat dengan Aruna di masa lalu, Farish Chaniago (diperankan oleh Oka Antara) yang secara kebetulan ditugaskan oleh atasannya sebagai supervisor Aruna. Farish adalah seorang dokter hewan, dimungkinkan alumni Institut Pertanian Bogor. Hehehe.

Lebih menggembirakan lagi bagi Aruna dan Bono adalah kehadiran Nadezhda yang juga akan bergabung dalam petualangan kuliner. Nadezhda sedang mengerjakan proyek buku yang mengulas kuliner nusantara. 

Awalnya keberadaan Bono dan Nadezhda cukup mengganggu Farish, akan tetapi seiring berjalannya waktu mereka berempat menjadi semakin akrab dengan sifat masing-masing. Farish bukan makhluk yang terobsesi pada makanan layaknya Aruna, Bono, dan Nadezhda. Bagi Farish, makanan adalah mutlak sebagai penawar rasa lapar. Bikin kenyang.

Sumber Gambar : Instagram @PalariFilms
Sumber Gambar : Instagram @PalariFilms
Film ini menyajikan tema kuliner yang mengambil sudut pandang dari penikmatnya. Berbeda dengan film-fim kuliner yang ramai hadir sebelumnya yang kebanyakan berpusat pada juru masaknya, seperti Chef (2014), Burnt (2015), Chocolate (2000), Ratatouille (2007), The Hundred-Foot Journey (2014), Julia & Julia (2009), No Reservations (2007), dan/atau yang dipadu dengan genre action, Under Siege (1992).

Aruna Dan Lidahnya juga dibalut dengan tema konspirasi, korupsi, perselingkuhan, dan romatisme. Konpirasi dan korupsi digambarkan pada upaya PWP2 yang menebar teror wabah flu unggas yang bekerjasama dengan pihak-pihak tertentu dalam proyek pengadaan fasilitas kesehatan dan vaksin flu unggas. Aruna dan Farish secara disadari atau tidak menjadi pihak yang dijebak atau dimanfaatkan. Ibarat dalam permainan catur, mereka berdua adalah pion. Aruna sudah mencium gelagat ketidak beresan sejak awal, sedangkan Farish benar-benar baru menyadari kejanggalan-kejanggalan tersebut ketika di lapangan tidak ditemukan satu pun kasus flu unggas. Bono dan Nadezhda yang memiliki tujuan di luar pekerjaan Aruna dan Farish, secara tidak langsung juga masuk ke dalam pusaran konflik tak kasat mata tersebut.

Sementara itu, perselingkuhan diwakili oleh Farish yang diluar dugaan menjadi lelaki simpanan Priya yang notabene adalah atasan yang menugaskan dirinya sebagai supervisor Aruna, dan sudah memiliki suami serta seorang anak. Farish yang juga mencari cara agar bisa terlepas dari pusaran cinta segitiga bersama perempuan bersuami seolah menemukan celah ketika mulai menyadari adanya rekayasa dalam proyek investigasi wabah flu unggas. Hatinya pun selalu ingin kembali ke Aruna. Pun, sebaliknya, Aruna telah sekian lama menyediakan hatinya untuk ditinggali oleh Farish.

Film Aruna Dan Lidahnya merupakan adaptasi bebas dari buku karya Laksmi Pamuntjak dengan judul yang sama yang telah diterbitkan pertama kali pada tahun 2014. Film ini menghadirkan plot twist yang cukup manis menjelang ending, saat Aruna yang sedang berada di Pontianak ditelepon oleh ibunya. Aruna memberitahukan bahwa keberadaannya di Pontianak dalam rangka mencari resep nasi goreng Mbok Sawal. Ibunya kaget dan mengklarifikasi bahwa resep tersebut sebenarnya berasal darinya. Selama ini Aruna tidak pernah mau dibuatkan nasi goreng oleh ibunya, dia selalu meminta agar Mbok Sawal yang memasakkannya, dan Aruna tidak pernah tahu jika pencipta resep nasi goreng Mbok Sawal sejatinya adalah ibunya sendiri.

Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi
Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi
Chemistry dari keempat pemain utamanya sangat kuat sekali. Akting mereka begitu natural didukung dengan naskah yang baik, serta sinematografi dan tone warna yang nyaman di mata. Duet Dian Satrowardoyo dan Nicholas Saputra sebagai sahabat sudah membuat film ini terasa segar. Sebelumnya mereka berdua kerap disandingkan sebagai sepasang kekasih, seperti pada film Ada Apa Dengan Cinta? (2002), 3 Doa 3 Cinta (2008), Drupadi (2008), dan Ada Apa Dengan Cinta? 2 (2016). 

Baik Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra, dalam film ini berhasil bertransformasi dari sosok Cinta dan Rangga yang selama ini sudah sangat identik. Dian Sastrowardoyo mampu menterjemahkan sosok Aruna dengan sangat baik, sebagai perempuan berumur 35 tahun yang belum menikah yang memiliki sifat agak naif dan kadang penuh pertanyaan-pertanyaan retoris dan ironis. 

Saya sendiri sempat membayangkan, seandainya Dian Sastrowardoyo tidak berjodoh dengan Aruna, mungkin peran tersebut bisa beralih ke Bunga Citra Lestari, dan rasa yang dihadirkan bisa sangat berbeda. Tapi, Dian Sastrowardoyo memang pilihan yang sangat tepat sebagai Aruna. Nicholas Saputra pun juga berhasil membawakan peran Bono yang ceria dan easy going, bukan lagi sosok intimidatif yang selalu berwajah murung.

Sementara itu dua tokoh lainnya, Farish juga diterjemahkan dengan sangat mumpuni oleh Oka Antara, baik dari segi fisik, sifat, maupun bahasa tubuh, sekalipun saya mengharapkan karakter Farish (seharusnya) memiliki sedikit sense of humour sehingga tidak terkesan sangat kaku sekali. 

Sebagai Nadezhda, barangkali Hannah Al Rashid adalah satu-satunya yang memenuhi kriteria untuk memerankannya, hanya saja yang sedikit agak kurang adalah sentilan-sentilan kritisnya terkait kuliner nusantara, yang menunjukkan bahwa Nadezhda adalah sosok cerdas disamping cantik secara fisik masih kurang ditonjolkan dalam narasinya.

Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi
Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi
Secara garis besar film ini menyajikan peran kuliner sebagai katarsis dalam kehidupan dan karir (humanisme) kaum urban perkotaan berusia 30 tahun ke atas yang masih asik dengan pilihan hidup melajang dan/atau memiliki hubungan lalu (memutuskan) tinggal bersama dalam satu atap namun tidak/belum memiliki ikatan sakral baik secara agama maupun hukum dengan segala dinamikanya. Film ini disajikan secara natural dan ringan, konflik-konfliknya sangat dekat dengan keseharian sehingga mudah dipahami.

Jingga Dan Nostalgia Lagu Tahun 1990-an

Tercatat ada empat lagu yang diputar sebagai musik pengiring film Aruna Dan Lidahnya, masing - masing adalah Aku Ini Punya Siapa-nya January Christy (1987) yang di aransemen ulang oleh Ken Jenie dan Mar Galo, Antara Kita yang dipopulerkan oleh Rida Sita Dewi pada tahun 1995 dinyanyikan ulang oleh Monita Tahalea dengan iringan gitar Gerald Situmorang, Tentang Aku milik Jingga Band yang cukup beken di tahun 1996, dan lagu baru berjudul Takkan Apa dari Yura Yunita yang bernuansa broadway ala Bjork.

Dari keempat lagu tersebut, saya memiliki kesan yang cukup personal terhadap lagu Tentang Aku milik Jingga Band. 

Tentang Aku adalah single hits dari Jingga Band yang pernah populer di tahun 1996. Band yang beranggotakan duo Fe Utomo pada vokal dan Therry Mully sebagai keyboardist, songwriter, sekaligus penata musik. Lagu ini memiliki warna Techno Pop yang soft berpadu harmonis dengan permainan solo gitar bernuansa rock dari seorang session player bernama Eet Syahranie. Tentang Aku memiliki progresi chord yang unik namun mudah dicerna. Tentang Aku masuk ke dalam deretan 150 Lagu Indonesia Terbaik Sepanjang Masa Versi Majalah Rolling Stone. Album Tentang Aku yang diproduksi oleh Ceepee Production, meski berisi materi musik dan lirik yang impresif, namun menjadi album pertama sekaligus album terakhir Jingga Band. Pada tahun 1997, Jingga Band resmi bubar. Usia pendek dengan hits populer mengukuhkan Jingga Band sebagai One Hit Wonder tanah air. Generasi MTV pasti memiliki kenangan tersendiri dengan lagu ini.

Jingga Band juga bisa dikategorikan sebagai survivor musik tanah air meski berusia pendek. Praktis hanya berumur 2 tahun dari mulai dibentuk tahun 1995 dan bubar resmi pada tahun 1997. Saat itu lagu Tentang Aku menjadi salah satu pembeda dari yang sedikit ditengah gempuran dan/atau invasi band – band Malaysia, seperti Slam dengan Gerimis Mengundangnya yang cukup menghipnotis penikmat musik dalam negeri. Dampaknya, banyak bermunculan band – band tanah air yang me-refer gaya musik slow rock ala Malaysia. Indonesia memasuki era musik yang cukup memprihatinkan.

Sejarah mengukir, Sheila On 7 melalui album pertamanya Self Titled (1999) muncul sebagai Messiah yang menyelamatkan musik tanah air dari penjajahan band – band Malaysia yang tak berperikemusikkan. Dua tembang andalannya yang menjadi trademark Sheila On 7, Kita dan Dan. Kesuksesan Sheila On 7 menginspirasi band - band tanah air lainnya, seperti Padi, Peterpan (sekarang NOAH), Clubeighties, Naif, dan D’Masiv menghasilkan karya – karya musik yang berkualitas. Saya sendiri bukan penggemar Sheila On 7 dan saya tidak akan bercerita banyak tentang band asal Yogyakarta yang sekarang digawangi oleh Duta (Vocalist), Eross (Guitarist, Songwriter), Adam (Bassist), dan Brian (Drummer) setelah dua personil lainnya yang ikut membidani lahirnya band satu juta copy ini, Sakti (Rhythm Guitar), dan Anton (Drummer) tidak aktif lagi.

Tentang Aku pernah dibawakan ulang oleh Andien pada tahun 2002 dalam album bertajuk Kinanti. Andien membuat Tentang Aku lebih berwarna Jazz meski tidak medhok karena unsur Techno Popnya masih (berusaha) dipertahankan. Namun, tetap saja, meski Tentang Aku menjadi berkesan mewah, disisi lain belum cukup mampu mempesona sebagian penikmat yang sudah terlanjur jatuh hati dengan versi aslinya, termasuk saya.

Setelah 22 tahun sejak album pertama dan 16 tahun dari remake oleh Andien, Tentang Aku pulang ke rumah. Tentang Aku terpilih menjadi salah satu pengisi Original Sound Track film Aruna Dan Lidahnya yang dibawakan kembali oleh penyanyi aslinya, Fe Utomo meski tidak bersama Therry Mully. Musik Tentang Aku diaransemen ulang oleh Dave Lumenta yang sekaligus berperan sebagai pemain Synthesizer, Bass, Gitar, Pemrograman Drum Machine, dibantu oleh Taufik Alkatiri (Terompet), R. I. Sihombing (Perkusi), Canga Anton (Drum, Mastering), Betharia Nurhadist (Moog Soundscapes).

Warna vokal Fe Utomo tidak berubah, dan musik yang dihadirkan kentara sekali masih mempertahankan tradisi Techno Pop versi originalnya dengan sentuhan kekinian dan sedikit variasi rasa etnic. Saat pertama kali lagu ini berkumandang ditengah – tengah film, pikiran saya langsung terlempar kembali ke zaman saya masih mengenyam pendidikan Sekolah Menengah Pertama, harga kaset pita saat itu masih sekitar Rp. 5000,- sampai Rp. 8000,-. Lagu Tentang Aku versi Jingga Band hampir selalu ada dalam playlist lagu saya, baik saat kuliah hingga saya sudah bekerja. Premis video klipnya juga dibuat dengan pendekatan konsep aslinya, yaitu berfokus didalam studio rekaman dan diselipi cuplikan film.

Potensi Perlindungan Kekayaan Intelektual Berupa Indikasi Geografis Lorjuk Pamekasan

Film Aruna Dan Lidahnya, meng-highlight setidaknya 21 kuliner nusantara yang otentik, beberapa diantaranya adalah  Rawon Iga, Rujak Soto, Kacang Kowa, Nasi Campur, Campor Lorjuk di Surabaya dan Madura, juga Pengkang, Sambal Kepah, Bakmie Kepiting, Chao Pan di Pontianak dan Singkawang.

Campor Lorjuk cukup mencuri perhatian saya. Kuliner khas Pulau Madura, lebih tepatnya berasal dari wilayah Pamekasan dan sekitarnya ini berbahan utama Lorjuk.

Apa itu Lorjuk?

Lorjuk atau Javanese Jackknife adalah biota endemik berupa kerang pisau yang unik, yang habitatnya hanya bisa dijumpai di pesisir pantai Kabupaten Pamekasan, Madura yang memiliki ciri landai dan datar dengan garis pantai yang mencapai 200 – 300 meter saat air laut surut. Sentra penghasil Lorjuk terbesar di Kabupaten Pamekasan terletak di dua wilayah Kecamatan, yaitu Kecamatan Galis dan Kecamatan Pademawu.

Nama latin Lorjuk adalah Solen vaginalis, salah satu jenis Pelecypoda (Kekerangan). Berdasarkan klasifikasinya, Lorjuk tergolong dalam Phylum Mollusca, Class Bivalvia, Ordo Veneroida dan Family Solenidae. Kelimpahan Lorjuk umumnya ditemukan pada bulan Juni hingga September setiap tahunnya. Lorjuk memiliki panjang cangkang berkisar 1.8 – 6.9 cm dengan sebaran didominasi ukuran 3 – 5 cm, dan berat rata-rata 0.16 – 9.6 gram. Cangkang Lorjuk beruas-ruas seperti bambu berwarna coklat kehijauan. Wilayah yang memiliki kandungan substrat pasir tinggi dan berlumpur dengan arus air laut yang lemah menjadi tempat tinggal ideal bagi Lorjuk.

Lorjuk, Sumber Gambar : http://www.sambalbusandra.com/2013/04/apa-itu-lorjuk.html
Lorjuk, Sumber Gambar : http://www.sambalbusandra.com/2013/04/apa-itu-lorjuk.html
Oleh masyarakat Madura, Lorjuk dijadikan sebagai bahan utama berbagai macam olahan kuliner. Campor Lorjuk yang paling terkenal. Penyajian Campor Lorjuk tidak berbeda jauh dengan Soto pada umumnya. Komposisinya terdiri dari lontong, bihun/soun, kecambah (bisa goreng atau rebus), selanjutnya diletakkan bubur lorjuk dan petis diatasnya, kemudian disiram kaldu gurih. Rempeyek, taburan bawang goreng, dan perasan jeruk nipis sebagai sentuhan akhir. Penambahan kecap manis disesuaikan dengan selera masing – masing penikmat. Konon, urutan komposisi tersebut bisa mempengaruhi rasa bila dilakukan dengan tidak semestinya. Menariknya, baik petis dan kaldu gurihnya terbuat dari Lorjuk itu sendiri. Berbeda sekali dengan soto – soto lainnya, yang umumnya menggunakan kaldu yang terbuat dari daging ayam atau sapi.

Kaldu Lorjuk juga menarik untuk dibahas cara peracikannya. Mula – mula Lorjuk dibersihkan menggunakan air untuk menghilangkan pasir-pasir yang menempel pada dinding tubuhnya. Setelah bersih paripurna, Lorjuk yang sudah dikupas (dibuang kulit/cangkangnya) direbus di dalam air pada suhu dan kisaran waktu tertentu, masing – masing peracik memiliki tips, teknik, dan standar tersendiri yang diyakini untuk tetap bisa mempertahankan cita rasa asli Lorjuk sekaligus tidak menghilangkan kandungan gizinya. Bumbu pelengkap yang digunakan untuk memperkaya cita rasa Kaldu Lorjuk dibuat dari bahan – bahan alami, seperti bawang putih, bawang merah, cabe merah, merica, pala, jahe, dan garam.

Menurut informasi dari teman saya yang asli Pamekasan, Kasliyanti Islamiah (IG @miasurjanto dan @hellomillo), jika ingin merasakan sensasi unik Campor Lorjuk original, kita bisa berkunjung ke Desa Tanjung, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur.

Produk kuliner lainnya berbahan utama Lorjuk, seperti Petis/Pasta Lorjuk, Kerupuk Lorjuk, Rengginang Lorjuk, dan Kacang Lorjuk bisa dijadikan buah tangan khas jika berkunjung ke Madura, khususnya Pamekasan. Lorjuk merupakan salah satu sumber protein yang sangat bagus. Dalam 100 gram Lorjuk mengandung 103.0 kkal energi, 14.3 gram protein, 2.7 gram lemak, dan 4.4 gram karbohidrat.

Pemerintah Kota/Kabupaten Pamekasan diharapkan bisa menjajaki potensi Lorjuk yang sudah memiliki reputasi dan prospek bisnis untuk didaftarkan Perlindungan Kekayaan Intelektualnya berupa Indikasi Geografis. Meski mungkin masih diperlukan kajian - kajian mendalam sebagai data pendukung.

Apa itu Indikasi Geografis?

Dilansir dari situs Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, dan Wikipedia, Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang dan/atau produk yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi kedua faktor tersebut memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu pada barang dan/atau produk yang dihasilkan. 

Indikasi Geografis memiliki empat komponen penting, yaitu nama, produk, asal geografis, dan kualitas, reputasi atau karakteristik lainnya. Sistem Indikasi Geografis di dunia pertama kali diperkenalkan Perancis pada abad 20, melalui pemberian Appellation d'Origine Controlee (AOC) pada produk lokal yang memiliki kriteria geografis tertentu dan kriteria khusus lainnya. 

Perlindungan Sistem Indikasi Geografis secara internasional diatur dalam norma persetujuan Trade-Related Aspects Of Intellectual Property Rights (TRIPs). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, hak atas Indikasi Geografis adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pemegang Hak Indikasi Geografis yang terdaftar, selama reputasi, kualitas, dan karakteristik yang menjadi dasar diberikannya perlindungan atas Indikasi Geografis tersebut masih ada. 

Dalam Indikasi Geografis terdapat hak-hak yang memungkinkan untuk mencegah penggunaan oleh pihak ketiga yang produknya tidak sesuai dengan standar yang berlaku. Perlindungan Indikasi Geografis menjadi penting karena Indikasi Geografis jjuga merupakan hak milik yang memiliki nilai ekonomis, sehingga perlu mendapat perlindungan hukum. 

Indikasi Geografis juga merupakan tanda pengenal atas barang yang berasal dari wilayah tertentu atau nama dari barang yang dihasilkan dari suatu wilayah tertentu dan secara tegas tidak bisa dipergunakan untuk produk sejenis yang dihasilkan dari wilayah lain. Selain itu, Indikasi Geografis juga dapat menjadi indikator kualitas yang menginformasikan kepada konsumen bahwa barang tersebut dihasilkan dari suatu lokasi tertentu dimana pengaruh alam sekitar menghasilkan kualitas barang dengan karakteristik tertentu yang terus dipertahankan reputasinya. 

Indikasi Geografis dapat juga merupakan strategi bisnis yang dapat memberikan nilai tambah komersial terhadap produk karena orisinalitasnya dan limitasi produk yang tidak bisa diproduksi daerah lain.

Penutup

Film Aruna Dan Lidahnya akan terasa lengkap ditonton bersama para sahabat. Skor dari saya 8.9/10.

Penasaran? Ada apa, ya di Aruna Dan Lidahnya?

Selamat menonton!

Referensi :

1. Direktorat Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

2. Wikipedia_Indikasi Geografis.

3. Palari Film.

4. Lorjuk.

5. Javanese Jackknife.

6. Agribisnis Lorjuk.

6. Trailer Film Aruna Dan Lidahnya.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun