Mohon tunggu...
Adi Ankafia
Adi Ankafia Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Freelancer

Euphemia Puspa Tanaya Jasmine

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Bopet Mini, Kelana Rasa di Tengah Terik Ibu Kota

18 September 2018   13:00 Diperbarui: 20 September 2018   10:16 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Makan Bopet Mini (Dokumentasi Pribadi)

Selanjutnya, kami meminta seorang security yang berjaga di dekat pintu keluar kantin (atau semacam pujasera) untuk memilih salah satu dari empat lintingan kertas tersebut.

Bak seorang pembaca nominator Piala Oscar, security mengumumkan hasil undian. Ternyata semesta berpihak pada Bopet Mini.

Syifa sebagai orang yang memiliki otoritas atas akomodasi dan logistik tim, segera memesan Grab Car melalui aplikasi online dengan tujuan Bopet Mini. Tak perlu menunggu lama, driver yang akan mengangkut kami pun tiba. 

Dengan kondisi kaki yang agak sakit dan tubuh yang sedikit demam <---lebay dikit biar ada efek dramatis yang menggugah simpati pembaca saya mengikuti Aris, Syifa, dan Silmi masuk ke dalam mobil. Driver menyapa kami dengan ramah "Selamat siang, Mas dan Mbak, tujuannya benar ke Bopet Mini, ya."

Mobil perlahan mulai melaju. Jakarta cukup terik dan kemacetan tampak terjadi di beberapa titik jalan yang saya tidak hafal nama-nama jalan tersebut. Perjalanan dari kantor pusat menuju Bopet Mini ditempuh dalam waktu kurang lebih 20 menit.

Rumah Makan Bopet Mini (Dokumentasi Pribadi)
Rumah Makan Bopet Mini (Dokumentasi Pribadi)
Di depan rumah makan bergaya tradisional-modern yang berpadu dengan gerai-gerai penyedia barang palugada, terdapat booth Sate Padang dan jajanan atau kudapan tradisional khas Minangkabau seperti pical (semacam pecel kalau di Jawa), ketupek sayur, hingga bubur kampiun. 

Kerupuk warna merah adalah kondimen khas seperti yang selalu bisa ditemui apabila berpelesir di sepanjang jalur Sumatera Barat. Kami memesan makan ke salah satu penjaga booth kudapan tradisional tersebut. Olehnya kami diarahkan untuk menuju lantai dua. 

Ketika melalui tangga yang berada di lorong lantai satu saya berpapasan dengan seorang laki-laki yang sepertinya baru selesai makan. Tiba-tiba, dia dengan setengah berteriak sambil menunjuk-nunjuk ke muka saya, berkata : "Di atas sudah penuh, Mas! Tidak ada lagi tempat bagi pendosa seperti anda!" Saya terkejut bukan kepalang. Nih, bocah ngapa, yak? batin saya penuh keheranan.

Aris, Syifa, dan Silmi yang sudah berjalan duluan spontan menengok ke sumber keributan "Ada apa, Mas?" tanya mereka secara hampir bersamaan. Saya hanya menjawab dengan menunjukkan gestur it's, ok, gak ada apa-apa sambil memberikan kedipan mata khas, layaknya jagoan di film Amerika yang berhasil menuntaskan masalah, MacGyver, misalnya.

Rumah Makan Bopet Mini (Dokumentasi Pribadi)
Rumah Makan Bopet Mini (Dokumentasi Pribadi)
Bopet Mini menawarkan konsep prasmanan. Pelanggan bisa leluasa memilih lauk yang disajikan pada nampan-nampan dan/atau bejana-bejana yang tersusun di atas meja panjang sesuai selera. Lauk yang tersedia antara lain gulai ayam, gulai tongkol, gulai cumi, rendang, sayur daun ubi, sayur rebung, dan lain sebagainya. Sementara Aris, Syifa, dan Silmi sibuk dengan rencana makanannya masing-masing, saya mulai mengantri seperti sedang dalam acara kondangan. 

Saya menjatuhkan pilihan lauk gulai ikan tongkol, sayur daun ubi, dan sayur rebung. Es teh manis menjadi penawar dari pedas yang menghajar lidah. Harga yang dibayar cukup standar. Dalam artian tidak terlalu mahal dan juga tidak terlalu murah. Sangat sesuai dengan citarasa yang dihadirkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun