Mohon tunggu...
Adi Ankafia
Adi Ankafia Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Freelancer

Euphemia Puspa Tanaya Jasmine

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Wiro (Kurang) Sableng

8 September 2018   14:03 Diperbarui: 10 September 2018   07:31 3206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Twitter Vino G. Bastian dan Lifelike Pictures, Fox International Productions

Barangkali, karena Produser, Sutradara, dan Penulis Naskah seperti memaksakan ingin menampilkan semua inti cerita dengan merangkum dari 185 serial bukunya ke dalam jatah durasi sepanjang 123 menit, yang terjadi adalah bangunan cerita yang tidak kokoh, banyak celah yang tak terjelaskan, sebuah kemasan film yang arah (visi dan misi) ceritanya berantakan, konflik yang muncul sepotong-sepotong.

Materi pemain jelas tidak perlu diragukan lagi. Dari segi sinematografinya yang melibatkan teknologi visual effect berupa Computer Graphic Images/Computer Generated Image (CGI), hasilnya juga sudah cukup mendukung meski ada sedikit editing yang agak kasar. Yang masih menjadi permasalahan cukup serius adalah naskah.

Terlepas dari penilaian subyektif saya, tidak bisa dipungkiri, Wiro Sableng menjadi salah satu film tanah air paling laris dan paling ditunggu. Disamping itu, film Wiro Sableng bisa menjadi pintu bagi dunia internasional untuk mengenal silat Nusantara. Selain, melalui event-event olah raga seperti Asian Games 2018 Jakarta-Palembang yang baru saja usai beberapa waktu lalu. Wiro Sableng berpotensi menjadi ikon bagi superhero lokal.

Sekali lagi, catatan dari saya, untuk lebih meneguhkan sifat sableng pada sekuel selanjutnya, saya sangat berharap sekali Vino G. Bastian bisa mempedomani Tony Hidayat. Bukan untuk menjadi Wiro Sableng sebagaimana Tony Hidayat. Akan tetapi, agar bagaimana Vino G. Bastian bisa memunculkan sifat sableng dengan lebih natural. Agar sifat sableng itu kembali ke khitahnya.

Apresiasi khusus juga saya berikan kepada Sherina Munaf yang mampu menterjemahkan karakter Anggini dengan sangat baik, yang cukup mampu menjadi sandaran bagi saya untuk tetap mengikuti film sampai selesai. Bukan karena dia cantik, jika mengambil kriteria cantik, tentu Agniny Haque lebih unggul dari Sherina Munaf. Akan tetapi keprofesionalan dia menjaga alur cerita untuk tetap terasa masuk akal bagi saya.

Saya memberikan rating 6.8/10. Selamat menonton!

Bogor, 1 -- 8 September 2018


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun