Mohon tunggu...
Cinta Adhisty
Cinta Adhisty Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lamunan Malam Miyana

31 Mei 2016   20:02 Diperbarui: 31 Mei 2016   20:29 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bintang petang 

Kasihani aku 

Karena dadaku dikoyak-koyak duka 

Tahan luapan pasang itu 

Yang mengalirkan dari mataku 

Limpahan air mata 

Kenang aku 

Diantara bintang-bintang 

Dan berdoalah untukku 

Barangkali akan datang padaku damai sejahtera 

Aku telah hidup di antara kerinduan-kerinduan 

Dan mimpi-mimpinya yang membujukku... 

Lewat tipuan-tipuan angin yang gersang hampa 

Kukejar mimpi-mimpi itu 

Dengan hati di tanganku 

Kemudian aku berbalik 

Dan tinggal di tanganku pecahan-pecahan semata 

Impian mana telah kutuang dari emas

Sehingga api hari demi hari yang melintas lalu

Tak mungkin meluluhkannya

Atau harapan yang teranyam dari benang-benang cahaya

Yang terhindar dari gelap yang menimpa

Kecuali mana telah kubawa sebagai kesukaan bagiku

Yang tak dijentik duka tali-talinya

Atau nyanyian yang telah kunyanyikan sebagai pelipur bagiku

Yang tak dikeruhkan ratapan cinta

Piala emas telah kuangkat ke bibirku

Dengan anggur yang tak menjadi pahit rasanya

Atau hati tempat aku telah meluluhkan hatiku

Yang tak mengkhianati kepercayaanku

Impian mana yang telah ku lihat dari tidurku

Yang tak lenyap, menjadi hiasan dalam air mataku

Yang melimpah raya

Atau kegirangan yang tertanam di dadaku

Yang tak mungkin binasa

Ingin aku tahu,

Seperti fajar menggantikan malam yang berlalu

Baiklah senyuman menggantikan air mata

Hidupku terbuang sia-sia, memburu

Jejak-jejak kaki di pantai

Yang ditinggalkan entah siapa

Aku telah hidup

Seperti bangunan di atas pasir

Dan adakah itu

Yang didirikan di atas pasir 

Dapat bertahan lama ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun