Bintang petangÂ
Kasihani akuÂ
Karena dadaku dikoyak-koyak dukaÂ
Tahan luapan pasang ituÂ
Yang mengalirkan dari matakuÂ
Limpahan air mataÂ
Kenang akuÂ
Diantara bintang-bintangÂ
Dan berdoalah untukkuÂ
Barangkali akan datang padaku damai sejahteraÂ
Aku telah hidup di antara kerinduan-kerinduanÂ
Dan mimpi-mimpinya yang membujukku...Â
Lewat tipuan-tipuan angin yang gersang hampaÂ
Kukejar mimpi-mimpi ituÂ
Dengan hati di tangankuÂ
Kemudian aku berbalikÂ
Dan tinggal di tanganku pecahan-pecahan semataÂ
Impian mana telah kutuang dari emas
Sehingga api hari demi hari yang melintas lalu
Tak mungkin meluluhkannya
Atau harapan yang teranyam dari benang-benang cahaya
Yang terhindar dari gelap yang menimpa
Kecuali mana telah kubawa sebagai kesukaan bagiku
Yang tak dijentik duka tali-talinya
Atau nyanyian yang telah kunyanyikan sebagai pelipur bagiku
Yang tak dikeruhkan ratapan cinta
Piala emas telah kuangkat ke bibirku
Dengan anggur yang tak menjadi pahit rasanya
Atau hati tempat aku telah meluluhkan hatiku
Yang tak mengkhianati kepercayaanku
Impian mana yang telah ku lihat dari tidurku
Yang tak lenyap, menjadi hiasan dalam air mataku
Yang melimpah raya
Atau kegirangan yang tertanam di dadaku
Yang tak mungkin binasa
Ingin aku tahu,
Seperti fajar menggantikan malam yang berlalu
Baiklah senyuman menggantikan air mata
Hidupku terbuang sia-sia, memburu
Jejak-jejak kaki di pantai
Yang ditinggalkan entah siapa
Aku telah hidup
Seperti bangunan di atas pasir
Dan adakah itu
Yang didirikan di atas pasirÂ
Dapat bertahan lama ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H