Mohon tunggu...
Ade Rodiah
Ade Rodiah Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang ibu dan pekerja yang ingin bisa banyak hal

If you think you can, you can.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pilihan Vina

24 November 2019   23:55 Diperbarui: 24 November 2019   23:57 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Vina nama gadis itu. Usianya terpaut tiga tahun lebih tua dariku. Dia anak pak Halim, seorang pensiunan. Rumahnya bersebelahan dengan  tempat kostku.

Dia bukan teman kuliahku. Menurut bu Halim setelah Vina menyelesaikan SMA nya 2 tahun lalu, memilih bekerja walopun aku perhatikan sering di rumah, hanya sesekali terlihat pergi selama beberapa hari keluar kota.

Sebelum mengenal lebih jauh,  gambaranku tentang Vina adalah gadis cantik, tinggi semampai, kulit putih bersih dan rambut indah tergerai. Karakternya periang dan pintar bicara, membuat orang lain dalam sekejap merasa nyaman. Penampilannya modis dengan asesoris bermerk dan outfit trend terbaru.

Sepintas tidak ada yang aneh dengan keseharian Vina. Sampai suatu hari aku dan teman satu kamarku Lisa, jadi akrab dengannya. Hampir setiap pulang dari luar kota, dia nongkrong berjam-jam di kamarku.

***
Pagi itu aku dan Lisa baru menyelesaikan sarapan. Karena jadwal kuliah kosong dan tidak ada rencana keluar, kami hanya bersantai di kamar nonton drakor.

Tiba-tiba, si cantik Vina menerobos masuk dan mendaratkan pantatnya yang indah di kasurku, tangannya menenteng sebuah bungkusan.

"Aku kangen kalian".
"Aku bawakan kaliah oleh oleh".

Tanpa komando, aku membongkar plastik yang dibawa Vina. Isinya bermacam macam makanan oleh-oleh khas Bali dan dua tshirt Joger. kamipun melanjutkan nonton diselingi ngemil makanan yang Vina bawa.

"Aku mau cerita sebuah rahasia"  sorot mata Vina sungguh sungguh, seketika seleraku nonton drakor hilang begitu saja. Lisa mematikan TV  dan kami duduk penasaran, menunggu kalimat lanjutan dari Vina.

"Pernahkah terbersit di pikiran kalian, aku pergi keluar kota selama beberapa hari ngapain aja ?"

"Mamaku tahunya aku kerja. Sejak SMA aku ikut les menari dan bergabung dengan sebuah sanggar tari. Sejak itu alasan menari dan manggung yang kugunakan ketika keluar kota".

"Awalnya aku mengambil pekerjaan menjadi 'Lady Escort'. Entah karena mereka cocok, beberapa bekas klienku menawarkan lebih membookingku keluar kota selama beberapa hari".

Aku tercekat dan mulutku yang penuh pai susu hampir menyembur keluar. Reaksi Lisa tak jauh beda, bengong seolah tak percaya.

"Kalian jaga rahasia ya, terutama dari mamaku".

***
Sejak menitipkan rahasianya pada kami, Vina tanpa malu malu lagi bercerita apapun aktifitas pekerjaannya. Seminggu tidak terlihat batang hidungnya, tiba tiba nongol dengan wajah ceria.

"Klienku kali ini laki laki menarik dan sangat royal menghamburkan uangnya. Kerja seminggu saja, rekeningku langsung menggendut"

"Menurut kalian, mengapa laki laki berani bayar mahal dan ambil resiko untuk membookingku ?", aku dan Lisa menggeleng bingung.

"Mereka mencari sensasi yang tidak mereka temukan atau sudah hilang dari pasangannya".

"Kalo nanti kalian menikah, buatlah suami kalian 'kenyang' sebelum keluar rumah dan bertindaklah seperti pelacur ketika kalian melayaninya ".

Aku dan lisa bengong tak tahu harus berkomentar apa, Vina berbicara seolah seorang pakar.

***
Minggu pagi aku dan Lisa dikagetkan oleh jeritan histeris dari rumah Pa Halim, kami menghambur keluar menuju ke rumah tersebut.

Tampak pa Halim sedang menenangkan istrinya yang shock hampir pingsan, mendapati kabar kalau Vina terciduk polisi karena terjerat kasus prostitusi online.

Vina yang malang, terjerumus dalam kesenangan semu yang akhirnya harus berurusan dengan hukum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun