Vina nama gadis itu. Usianya terpaut tiga tahun lebih tua dariku. Dia anak pak Halim, seorang pensiunan. Rumahnya bersebelahan dengan  tempat kostku.
Dia bukan teman kuliahku. Menurut bu Halim setelah Vina menyelesaikan SMA nya 2 tahun lalu, memilih bekerja walopun aku perhatikan sering di rumah, hanya sesekali terlihat pergi selama beberapa hari keluar kota.
Sebelum mengenal lebih jauh, Â gambaranku tentang Vina adalah gadis cantik, tinggi semampai, kulit putih bersih dan rambut indah tergerai. Karakternya periang dan pintar bicara, membuat orang lain dalam sekejap merasa nyaman. Penampilannya modis dengan asesoris bermerk dan outfit trend terbaru.
Sepintas tidak ada yang aneh dengan keseharian Vina. Sampai suatu hari aku dan teman satu kamarku Lisa, jadi akrab dengannya. Hampir setiap pulang dari luar kota, dia nongkrong berjam-jam di kamarku.
***
Pagi itu aku dan Lisa baru menyelesaikan sarapan. Karena jadwal kuliah kosong dan tidak ada rencana keluar, kami hanya bersantai di kamar nonton drakor.
Tiba-tiba, si cantik Vina menerobos masuk dan mendaratkan pantatnya yang indah di kasurku, tangannya menenteng sebuah bungkusan.
"Aku kangen kalian".
"Aku bawakan kaliah oleh oleh".
Tanpa komando, aku membongkar plastik yang dibawa Vina. Isinya bermacam macam makanan oleh-oleh khas Bali dan dua tshirt Joger. kamipun melanjutkan nonton diselingi ngemil makanan yang Vina bawa.
"Aku mau cerita sebuah rahasia" Â sorot mata Vina sungguh sungguh, seketika seleraku nonton drakor hilang begitu saja. Lisa mematikan TV Â dan kami duduk penasaran, menunggu kalimat lanjutan dari Vina.
"Pernahkah terbersit di pikiran kalian, aku pergi keluar kota selama beberapa hari ngapain aja ?"
"Mamaku tahunya aku kerja. Sejak SMA aku ikut les menari dan bergabung dengan sebuah sanggar tari. Sejak itu alasan menari dan manggung yang kugunakan ketika keluar kota".